Jurnal Pelopor, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet pertamanya pada Rabu, 19 Februari 2025. Perombakan ini mengejutkan banyak pihak karena terjadi di tengah usia Kabinet Merah Putih yang masih muda. Ini memberikan sinyal bahwa Presiden dapat melakukan perubahan kapan saja.
Ahmad Bakir Ihsan, pengamat politik dari UIN Jakarta, menyatakan bahwa langkah ini berfungsi sebagai efek kejut.
Brian Yuliarto Dilantik sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
Dalam reshuffle ini, Presiden Prabowo melantik enam pejabat baru, termasuk Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro. Brian, yang merupakan junior Satryo di Institut Teknologi Bandung (ITB), berkomitmen untuk meneruskan program-program prioritas Presiden, seperti swasembada pangan, energi, hilirisasi, dan industrialisasi.
Satryo Soemantri Kembali ke Dunia Ilmu Pengetahuan
Setelah meninggalkan jabatannya, Satryo menyatakan niatnya untuk kembali ke dunia ilmu pengetahuan.
“Ilmuwan selalu memiliki banyak pekerjaan. Jika kita memiliki pengetahuan dan kemauan, kita bisa bekerja tanpa harus menjabat,” katanya.
Ia juga ikhlas menyerahkan tugasnya kepada Brian.
“Saya sudah menjalankan tugas selama 4 bulan ini dengan sebaik-baiknya. Saya ikhlaskan untuk diteruskan oleh menteri yang baru,” tambahnya.
Pelantikan Pejabat Lainnya dalam Perombakan Kabinet
Dalam perombakan ini, Prabowo juga melantik Muhamamd Yusuf Ateh sebagai Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Amalia Adininggar Widyasanti sebagai Kepala Badan Pusat Statistik (BPS). Langkah ini menunjukkan komitmen Prabowo untuk memastikan semua menteri menjalankan tugas dengan disiplin.
Ahmad Bakir Ihsan menekankan bahwa reshuffle ini menunjukkan bahwa Prabowo tidak ragu untuk memecat menteri yang menghambat program pemerintah. Keputusan ini juga dipengaruhi oleh pertimbangan politik terkait posisi menteri dari partai politik.
Dengan reshuffle kabinet ini, Prabowo mengingatkan semua menteri bahwa keseriusan dalam menjalankan instruksi presiden adalah sebuah keharusan. Jika tidak siap, mundur menjadi pilihan terbaik.
Sumber: CNN, Kompas
Baca Juga:
Aksi Massa Indonesia Gelap: Mahasiswa Tolak Pemangkasan Anggaran Pendidikan dalam Inpres 2025
Saksikan berita lainnya:
Penyelundupan Barang Ilegal: Bisnis Haram yang Tak Pernah Mati!
https://youtu.be/0CaPIZL0wTo?si=OSODRlkJsK-GO0FU