Jurnal Pelopor – Hidup di kota besar Indonesia ternyata tak murah, terutama dalam urusan ongkos transportasi. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi biaya transportasi terhadap pengeluaran rumah tangga di Indonesia mencapai 12,46% per bulan. Padahal, standar ideal menurut Bank Dunia hanya maksimal 10% dari total biaya hidup.
Angka ini menjadi bukti bahwa mobilitas harian masyarakat kini jadi beban tersendiri. Kota-kota satelit seperti Bekasi mencatat ongkos transportasi bulanan tertinggi, yaitu Rp 1,9 juta atau 14% dari biaya hidup. Disusul oleh Depok dengan Rp 1,8 juta (16,3%), Surabaya Rp 1,62 juta (13,61%), dan bahkan Jakarta sendiri mencapai Rp 1,59 juta (11,8%).
First Mile–Last Mile Jadi Masalah Utama
Masalah utama ternyata bukan terletak pada tarif angkutan umum utama, tapi pada biaya first mile dan last mile yaitu ongkos dari rumah menuju transportasi publik dan dari titik akhir menuju tempat tujuan. Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimoda Kemenhub, Risal Wasal dalam diskusi publik di Jakarta, Kamis (31/7).
Ia mencontohkan, seseorang bisa saja membayar hanya Rp 3.500 untuk naik kereta Commuter Line, tapi harus merogoh kocek hingga Rp 30.000 hanya untuk ojek dari rumah ke stasiun dan dari stasiun ke tujuan.
“Commuter Line-nya murah, tapi ojeknya bisa dua kali lipat. Ini yang mahal. Karena sistem integrasi kita belum rapi,” jelas Risal.
Pemerintah Siapkan Konsep Transportasi Terpadu
Kementerian Perhubungan kini tengah menyusun ulang konsep transportasi nasional agar lebih terintegrasi, efisien, dan berkelanjutan. Tujuannya adalah memangkas biaya transportasi dengan mengoptimalkan konektivitas dari rumah ke tujuan, melalui sistem yang jelas antara feeder, hub, dan spoke.
“Kita pastikan dulu mana yang menjadi penunjang, mana yang pokok. Mana feeder, mana hub. Supaya kita tahu kapan dan di mana harus intervensi,” lanjut Risal.
Dengan konsep baru ini, pemerintah berharap bisa menekan beban biaya transportasi masyarakat secara signifikan. Bila terlaksana, ongkos yang selama ini menguras kantong bisa berubah jadi sistem yang lebih manusiawi, terjangkau, dan merata bagi seluruh warga.
Sumber: Detik.com
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: