Jurnal Pelopor – Pemerintah federal Australia berjanji memberikan konsekuensi berat kepada Optus setelah gangguan layanan panggilan darurat triple zero (000) menewaskan sejumlah orang di berbagai wilayah. Insiden itu dipicu kegagalan pembaruan jaringan yang dilakukan perusahaan dan menimbulkan kekacauan besar di tingkat nasional.
Gangguan pertama kali terdeteksi pada Kamis (18/9/2025), menyebabkan sekitar 600 rumah tangga di Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory, hingga New South Wales tidak dapat mengakses layanan darurat. Akibatnya, setidaknya dua orang di Australia Selatan dan satu orang di Perth meninggal dunia karena panggilan mereka gagal tersambung. Kasus seorang bayi berusia delapan minggu sempat disebut terkait insiden ini, namun kepolisian kemudian menyatakan kematian sang bayi kemungkinan besar tidak berhubungan dengan gangguan tersebut.
Pemerintah dan Publik Murka
Menteri Komunikasi Australia Anika Wells mengecam keras Optus. Ia menilai perusahaan gagal melayani rakyat Australia dan menangani krisis dengan buruk.
“Mereka sekarang harus bekerja sama dengan pemerintah dan ACMA untuk memperbaiki sistem mereka,” tegasnya.
Perdana Menteri Anthony Albanese yang sedang berada di New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB juga melontarkan kritik pedas. Menurutnya, perilaku Optus benar-benar tidak dapat diterima. Bahkan, ia menyebut wajar bila publik mempertanyakan kelayakan Stephen Rue untuk terus menjabat sebagai CEO.
Kegagalan Berulang
Kasus ini bukan yang pertama bagi Optus. Pada 2023 lalu, perusahaan telekomunikasi tersebut sudah didenda USD 12 juta akibat kegagalan serupa. Ketua ACMA, Nerida O’Loughlin, menegaskan pihaknya akan melakukan penyelidikan menyeluruh, karena Optus dinilai gagal memenuhi kewajiban hukum untuk menjamin panggilan darurat tetap tersambung.
“Kami bahkan tidak diberi tahu hingga gangguan sudah terselesaikan, padahal seharusnya pemberitahuan dilakukan segera,” ujar O’Loughlin.
Ia menambahkan, sanksi yang dapat dijatuhkan ACMA sebatas finansial, tanpa kewenangan pidana.
Ironisnya, laporan awal Optus kepada pemerintah menyebut hanya ada 10 panggilan yang terdampak. Namun, jumlah itu melonjak menjadi 100, dan akhirnya 600 panggilan, termasuk yang melibatkan korban jiwa. Akses ke layanan triple zero baru benar-benar pulih setelah 13 jam.
Sorotan Serius
Pemerintah menilai Optus gagal mengimplementasikan rekomendasi dari investigasi independen sebelumnya. Wells bahkan mengaku menyampaikan “kekecewaan luar biasa” kepada Rue secara langsung.
“Terlepas dari fakta bahwa sudah ada investigasi dan rekomendasi, implementasinya tampak tidak efektif,” tegasnya.
Insiden ini semakin memperburuk citra Optus di mata publik. Tidak hanya menimbulkan kerugian finansial dan reputasi, tetapi juga mengorbankan nyawa warga Australia yang seharusnya terlindungi oleh sistem darurat negara.
Sumber: Liputan6
Baca Juga:
Wow! Negara Komunis Ini Naikkan Tunjangan Guru Sampai 70%
Tren Baru! Brave Pink Hero Green Ramai Dipakai di Medsos
Saksikan berita lainnya: