Jurnal Pelopor – Fenomena gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan makin sempitnya lapangan kerja kantoran mendorong perubahan besar di kalangan generasi muda, terutama Gen Z. Dengan berkembang pesatnya kecerdasan buatan (AI), sejumlah perusahaan mulai mengganti pekerja manusia dengan sistem otomatis. Amazon, misalnya, telah memangkas ribuan karyawan dan mengumumkan keberadaan 1 juta robot pekerja AI.
Dampaknya, banyak pekerjaan kantoran diprediksi akan punah dalam waktu dekat. Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperkirakan sebanyak 83 juta pekerjaan akan hilang dalam periode 2023–2027, terutama di bidang seperti kasir, data entry, teller bank, dan staf administratif.
Profesi Lama Kembali Jadi Primadona
Di tengah gelombang disrupsi digital, pekerjaan tangan seperti pengelasan, pertukangan, dan manufaktur justru kembali dilirik. SMA Middleton di Amerika Serikat menjadi contoh perubahan ini. Sekolah tersebut menginvestasikan hingga US$90 juta untuk membangun laboratorium canggih yang mengajarkan keahlian teknik dan industri. Kini, siswa dapat belajar menggunakan lengan robot otomatis yang dikendalikan lewat komputer, membuktikan bahwa profesi lama kini dibalut teknologi baru.
Kelas seperti konstruksi, manufaktur, dan pertukangan yang dahulu populer di era 1990–2000-an, kini kembali digemari. Bahkan, menurut laporan, lebih dari 2.300 siswa sudah mengikuti pelatihan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Gaji Tinggi dan Keahlian Praktis Jadi Daya Tarik
Guru dan instruktur pengelasan, Quincy Millerjohn, menyebutkan bahwa pekerja pabrik baja bisa mendapatkan gaji antara US$41.000 hingga US$52.000 per tahun atau sekitar Rp 670 ribu hingga Rp 849 ribu per jam. Pendapatan ini jauh melampaui ekspektasi sebagian pekerja kantoran pemula. Tak heran, kelas keterampilan praktis tersebut semakin ramai peminat.
Menurut Konsultan Pendidikan Negara Bagian Wisconsin, John Mihm, masyarakat kini mengalami “pergeseran paradigma”. Pekerjaan tangan kini tak lagi dipandang rendah, melainkan sebagai pekerjaan bergaji tinggi dan membutuhkan keahlian tingkat tinggi.
“Kini pekerjaan seperti pengelasan dianggap keren, karena orang bisa langsung menghasilkan dan menguasai teknologi,” ujarnya.
Kesimpulan: Saatnya Reposisi Karier di Era AI
Fenomena sulitnya mendapat kerja kantoran dan ancaman besar dari revolusi AI mendorong Gen Z untuk beralih ke profesi yang lebih stabil dan bernilai. Profesi lama yang mengandalkan keterampilan teknis kini tampil kembali dengan sentuhan teknologi, membuka peluang baru di tengah tantangan dunia kerja modern. Mungkin kini saatnya generasi muda menimbang ulang pilihan karier mereka bukan berdasarkan gelar, tetapi pada keahlian yang relevan dan berkelanjutan.
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: