Jurnal Pelopor — PT Bio Farma resmi mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk produk radiofarmaka 18-F Fluorodeoxyglucose (FDG) bermerek dagang FloDeg. Produk ini digunakan dalam pemeriksaan diagnostik kanker berbasis teknologi PET-Scan (Positron Emission Tomography). Izin edar ini menjadi tonggak penting dalam transformasi Bio Farma sebagai perusahaan farmasi nasional berbasis teknologi tinggi.
Radiofarmaka sendiri adalah sediaan farmasi yang mengandung radioisotop dan digunakan untuk tujuan diagnostik maupun terapeutik. Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menegaskan bahwa kehadiran radiofarmaka seperti FloDeg merupakan langkah signifikan dalam menghadapi tantangan kesehatan global, termasuk peningkatan kasus kanker.
“Radiofarmaka merupakan produk inovatif yang dibutuhkan di era penyakit degeneratif seperti sekarang. Ini bukan sekadar produk medis, tapi juga simbol kesiapan bangsa dalam menguasai teknologi kesehatan tingkat tinggi,” ujar Taruna dalam siaran pers yang dirilis Bio Farma, Selasa (20/5).
Jawaban atas Ketergantungan Impor
Taruna juga menyinggung bahwa lebih dari 90 persen bahan baku obat di Indonesia masih bergantung pada impor. Dengan hadirnya produk radiofarmaka lokal ini, Indonesia mulai menapaki jalur kemandirian teknologi farmasi yang sebelumnya sangat terbatas. Khusus di bidang kedokteran nuklir, langkah ini membuka peluang layanan medis yang belum berkembang luas di dalam negeri.
Direktur Pengembangan Usaha Bio Farma, Yuliana Indriati, menyatakan FloDeg akan diproduksi di fasilitas berlisensi kawasan industri Cikarang. Fasilitas ini telah memenuhi standar CPOB serta regulasi keselamatan radiasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
“Dengan hadirnya FloDeg, kita dapat memberikan akses layanan onkologi yang lebih akurat, cepat, dan terjangkau bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia,” tegas Yuliana.
Siapkan Distribusi Nasional & Sistem Pemesanan Digital
FloDeg akan mulai didistribusikan secara nasional, menyasar rumah sakit rujukan dan fasilitas onkologi di berbagai provinsi. Untuk menunjang proses distribusi, Bio Farma mengembangkan sistem digital bernama Ordering Management System (OMS) yang memungkinkan pemesanan produk radiofarmaka secara daring, cepat, dan efisien.
“Ke depan, kami akan terus berinovasi, memperluas cakupan layanan, dan memperkuat ekosistem radiofarmasi dalam kerangka bioekonomi strategis Indonesia,” tambah Yuliana.
Mendukung Pemerataan Diagnostik Kanker
Langkah Bio Farma ini sekaligus mendukung misi Kementerian Kesehatan untuk pemerataan akses layanan diagnosis dan terapi kanker di Indonesia. Dengan teknologi PET-Scan berbasis FDG, dokter dapat mendeteksi kanker secara lebih dini dan akurat, sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih tepat sasaran.
Peluncuran FloDeg menandai era baru dalam layanan diagnostik kanker berbasis nuklir di Indonesia. Setelah lama bergantung pada impor dan fasilitas terbatas, Indonesia akhirnya menghadirkan produk lokal berkualitas yang membanggakan.
Produk ini diyakini mampu bersaing di pasar global, sekaligus memperkuat kemandirian industri dalam negeri secara berkelanjutan.
Sumber: Kompas
Baca Juga:
Tanpa Target Juara, Sukorejo FC Bikin Kejutan di Bali 7’s 2025!
Hari Bumi 2025: BKPRMI Galang Aksi Tanam 1 Juta Pohon
Saksikan berita lainnya:
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?