Jurnal Pelopor — Malaysia menolak penggunaan istilah Blok Ambalat yang lazim dipakai Indonesia untuk menyebut wilayah sengketa maritim di timur Kalimantan Utara. Negeri jiran itu memilih menyebutnya sebagai Laut Sulawesi, dengan alasan sejalan dengan klaim kedaulatan yang mereka ajukan. Penolakan ini memicu riuh diplomasi yang melibatkan langsung para pemimpin kedua negara.
Latar Belakang Sengketa
Wilayah yang disengketakan berada di tenggara Sabah, Malaysia, dan timur Kalimantan Utara, Indonesia. Indonesia menamainya Blok Ambalat, sedangkan Malaysia menyebutnya Blok ND-6 dan ND-7. Sengketa ini telah berlangsung selama bertahun-tahun, terutama karena kawasan tersebut diyakini kaya sumber daya minyak dan gas.
Sikap Malaysia
Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Mohamad Hasan, menegaskan bahwa istilah Ambalat tidak tepat digunakan. Menurutnya, wilayah yang mereka klaim masuk dalam kedaulatan Malaysia sesuai hukum internasional, diperkuat putusan Mahkamah Internasional (ICJ) tahun 2002. Ia juga mengingatkan agar isu ini tidak dipolitisasi menjelang pemilu negara bagian.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, turut menegaskan bahwa Malaysia akan mempertahankan setiap jengkal Sabah. Meski begitu, Anwar menyatakan siap berunding secara terbuka dengan Indonesia dalam kerangka persahabatan.
Respons Indonesia
Presiden Prabowo Subianto menanggapi dengan menyerukan penyelesaian damai. Ia menyebut kedua negara memiliki itikad baik untuk mencari jalan keluar bersama. Sebelumnya, pada 27 Juni 2025, Prabowo dan Anwar telah membahas opsi pengembangan bersama (joint development) atas wilayah sengketa, meski belum ada kesepakatan final.
Pandangan Akademisi
Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengkritisi istilah “kedaulatan” yang digunakan Malaysia. Menurutnya, Blok ND-6 dan ND-7 berada di wilayah landas kontinen, di mana yang dapat diklaim hanya “hak berdaulat” (sovereign right), bukan kedaulatan penuh. Ia menegaskan Indonesia perlu konsisten menyebut wilayah itu sebagai Blok Ambalat.
Kesimpulan
Sengketa Ambalat atau Laut Sulawesi kembali mengemuka, menunjukkan betapa kompleksnya diplomasi perbatasan maritim di kawasan. Meski pernyataan tegas muncul dari kedua pihak, adanya kesepakatan untuk membuka dialog menjadi sinyal positif bahwa sengketa ini berpotensi diselesaikan lewat jalur diplomasi, bukan konfrontasi.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: