Jurnal Pelopor – Rasa kecewa dan ketidakpastian masih menyelimuti ribuan guru honorer yang telah lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sejak 2021. Di Jawa Tengah, setidaknya 1.411 guru prioritas kategori 1 (P1), kini dikenal sebagai R1D, belum juga mendapatkan penempatan hingga pertengahan 2025. Akibatnya, banyak di antara mereka terpaksa meninggalkan dunia pendidikan dan beralih menjadi juru parkir, pedagang kaki lima, hingga buruh serabutan demi menyambung hidup.
Penantian Panjang yang Melelahkan
Kondisi ini mencuat dalam audiensi yang digelar oleh perwakilan guru P1 se-Jawa Tengah bersama Komisi E DPRD Jateng pada Kamis (17/7/2025). Rina Dewi Astuti (41), guru asal Boyolali, mengungkapkan bahwa dirinya dan rekan-rekan telah menunggu selama empat tahun sejak dinyatakan lulus seleksi. Ironisnya, sebagian dari mereka justru diberhentikan oleh sekolah swasta tempat mereka sebelumnya mengajar, karena dianggap “berpindah haluan” ke jalur PPPK.
“Teman-teman kami sampai jadi tukang parkir, jualan cilok. Ada yang dari 2021 dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan mendaftar seleksi PPPK,” kata Rina dengan mata berkaca-kaca.
Dilema Gaji Minim dan Penolakan Sekolah
Rina menyebut, sekolah swasta yang bersedia menerima mereka pun sangat terbatas. Itupun biasanya sekolah yang kekurangan guru atau yang tidak mampu memberi kesejahteraan layak.
“Jangan tanya gaji. Jangankan UMK, ada yang cuma ratusan ribu,” ujarnya getir.
Sebagian besar guru yang terdampak ini berusia 40–50 tahun. Mereka sebelumnya tidak bisa mengikuti jalur CPNS karena terbentur batasan usia maksimal 35 tahun. Kini, penantian yang terlalu lama justru membuat mereka semakin dekat dengan usia pensiun tanpa kepastian masa depan.
Sudah Tempuh Segala Jalur, Tapi Masih Nihil Solusi
Selama empat tahun terakhir, berbagai upaya telah dilakukan. Dari unjuk rasa ke Kantor Gubernur Jateng, audiensi dengan BKD dan Dinas Pendidikan, hingga menyurati instansi pusat, namun belum juga membuahkan hasil nyata.
“Kami hanya ingin kejelasan. Pemerintah, terutama Pak Gubernur, tolong buka mata. Kami bukan lagi menuntut keistimewaan, hanya menagih janji dan keadilan,” tegas Rina.
Harapan Terakhir: Afirmasi dari Pemerintah Daerah
Kini, para guru P1 di Jateng hanya memiliki satu harapan: komitmen pemerintah daerah untuk mengangkat dan menempatkan mereka secara adil sesuai hasil seleksi. Mereka menuntut afirmasi nyata dari Gubernur dan seluruh pemangku kebijakan agar tidak ada lagi guru berpengalaman yang tersingkir hanya karena urusan administratif dan birokrasi penempatan.
Dengan pengalaman mengajar puluhan tahun dan dedikasi tanpa batas, para guru ini hanya ingin kembali menjalankan tugas mulia mereka: mendidik generasi bangsa. Pemerintah dituntut untuk tidak menutup mata atas kenyataan bahwa para pendidik yang seharusnya sudah menjadi ASN kini justru menjadi korban sistem yang timpang.
Sumber: Kompas.com
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: