Jurnal Pelopor – Hari Raya Waisak adalah momen suci yang diperingati oleh seluruh umat Buddha di dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2025, Waisak jatuh pada Minggu, 12 Mei 2025, dan diperingati dengan penuh khidmat, terutama di Candi Borobudur dan Candi Mendut, yang merupakan pusat ibadah umat Buddha di Indonesia.
Waisak mengingatkan umat Buddha pada Trisuci Waisak, yaitu tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama, yaitu kelahiran, penerangan agung (pencapaian pencerahan), dan kematian. Waisak dirayakan pada saat Purnama Sidhi atau bulan purnama, sebagai simbol pencerahan spiritual.
Sejarah Perayaan Waisak di Indonesia
Perayaan Waisak di Indonesia telah berlangsung sejak 1929, dengan pusat perayaan di Candi Borobudur dan Candi Mendut. Hal ini berdasarkan keputusan dari World Fellowship of Buddhists (WFB), yang menetapkan Candi Borobudur sebagai salah satu situs ibadah utama bagi umat Buddha di dunia. Sejak saat itu, umat Buddha di Indonesia menjadikan kedua candi tersebut sebagai tempat untuk merayakan Waisak.
Selain itu, Waisak juga telah ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983. Hal ini menunjukkan pengakuan terhadap pentingnya Waisak bagi umat Buddha dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Candi Borobudur: Keajaiban Arsitektur Kuno
Bangunan yang dibangun pada sekitar tahun 750-850 Masehi pada masa Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno, bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kegeniusan arsitektur Indonesia. Candi ini dibangun di atas bukit dengan teknologi yang sangat terbatas pada masanya. Para pembangun candi menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m³ yang ditambang dan dibawa dari daerah lain.
Meskipun tidak ada semen atau bahan perekat lainnya, batu-batu tersebut berhasil dipasang dengan teknik interlock, di mana setiap batu dipahat dengan pola khusus sehingga bisa saling mengunci seperti puzzle. Teknik ini memungkinkan batu-batu tersebut berdiri kokoh tanpa menggunakan bahan perekat tambahan. Candi Borobudur memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan memerlukan banyak tenaga manusia dalam pembangunannya.
Menurut arkeolog dari Universitas Indonesia, Noehardi Magetsari, proses pembangunan candi ini sangat menantang. Batu-batu besar harus dipikul oleh empat orang, dan para pekerja harus membawa batu-batu tersebut hingga ke puncak candi yang sangat tinggi. Dengan ketekunan dan kerja keras, Candi Borobudur akhirnya dapat diselesaikan, meskipun memakan waktu yang lama dan mungkin mengorbankan banyak nyawa.
Candi Borobudur sebagai Pusat Ibadah Dunia
Pada tahun 2022, pemerintah Indonesia, bersama dengan empat kementerian dan dua provinsi, sepakat untuk memfungsikan kembali Candi Borobudur sebagai pusat ibadah agama Buddha bagi masyarakat Indonesia dan umat Buddha di seluruh dunia. Hal ini juga tercantum dalam nota kesepakatan yang memperkuat posisi Candi Borobudur dalam sejarah spiritual umat Buddha.
Dengan semua kisah sejarah dan keajaiban arsitektur yang ada, Candi Borobudur tetap menjadi simbol kebesaran budaya Indonesia, serta tempat suci yang dihormati oleh umat Buddha dari seluruh dunia.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Tanpa Target Juara, Sukorejo FC Bikin Kejutan di Bali 7’s 2025!
Hari Bumi 2025: BKPRMI Galang Aksi Tanam 1 Juta Pohon
Saksikan berita lainnya:
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?