Jurnal Pelopor – Presiden Venezuela Nicolas Maduro dikabarkan siap memberlakukan status darurat jika Amerika Serikat (AS) benar-benar melancarkan serangan militer terhadap negaranya. Hal tersebut diungkapkan Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez pada Senin (29/9/2025) waktu setempat.
Rodriguez menegaskan bahwa intervensi militer dari AS akan membawa konsekuensi “katastrofik” dan menolak keras setiap upaya campur tangan asing.
“Kami tidak akan pernah menyerahkan tanah air kami. Tidak pernah!” ujarnya.
AS Dituduh Gunakan Dalih Pemberantasan Narkoba
Rodriguez membantah klaim Washington yang menyebut serangan udara terhadap kapal Venezuela dan pengerahan armada besar di Laut Karibia merupakan operasi memberantas kartel narkoba. Menurutnya, alasan tersebut hanyalah dalih untuk menutupi ambisi AS menguasai cadangan minyak, gas, emas, mineral, hingga kekayaan biologis Venezuela.
“Itu kebohongan besar. Tujuan tunggal dari agresi ini adalah kekayaan alam Venezuela yang mereka butuhkan dalam era baru,” katanya.
Rodriguez bahkan menyebut Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio sebagai “Tuan Perang” yang mendorong sikap agresif Washington.
Eskalasi Ketegangan di Karibia
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap Caracas. Serangkaian serangan udara AS terhadap kapal Venezuela telah menewaskan sedikitnya 17 orang. Di saat yang sama, pengerahan militer skala besar di Karibia memunculkan dugaan adanya persiapan intervensi untuk mengakhiri kekuasaan Maduro yang sudah berlangsung 12 tahun.
NBC News melaporkan bahwa militer AS tengah menyusun opsi serangan tambahan, termasuk kemungkinan penggunaan drone untuk menghantam jaringan penyelundup narkoba di Venezuela.
Kritik dari Dunia Internasional
Sejumlah ahli hukum internasional dan pemimpin Amerika Latin mengecam tindakan AS, menyebutnya sebagai pembunuhan di luar hukum yang bertentangan dengan norma internasional. Rodriguez memperingatkan bahwa jika status darurat diberlakukan, Maduro akan memperoleh kewenangan khusus: mengerahkan penuh angkatan bersenjata, menutup perbatasan, serta menempatkan militer sebagai pengendali infrastruktur vital.
Ia juga menegaskan agar rakyat Venezuela tidak mendukung intervensi asing.
“Mereka yang menyerukan invasi tidak bisa menyebut diri mereka orang Venezuela,” katanya.
Analisis: Invasi Penuh Masih Tidak Mungkin
Meski situasi memanas, sejumlah analis menilai invasi penuh masih kecil kemungkinan terjadi. Phil Gunson, analis Crisis Group di Caracas, mengatakan skenario pengerahan pasukan darat hampir mustahil dilakukan.
“Yang lebih masuk akal adalah AS meledakkan sesuatu di pedalaman Venezuela, lalu mencoba meyakinkan publik bahwa itu terkait perdagangan narkoba,” jelasnya.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Wow! Negara Komunis Ini Naikkan Tunjangan Guru Sampai 70%
Tren Baru! Brave Pink Hero Green Ramai Dipakai di Medsos
Saksikan berita lainnya: