Jakarta – Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek), Neni Herlina, mengaku akan bertemu dengan Titiek Soeharto setelah pemecatannya oleh Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro. Neni mengatakan bahwa pertemuannya dengan Titiek nantinya hanya sekadar menjalin silaturahmi setelah ia bersama rekan ASN lainnya menggelar demo di lobi gedung Kemendikti Saintek pada Senin (20/1/2024) pagi.
“Tadi ada yang temen, ada yang bilang Bu Titiek Soeharto ingin ketemu sama saya. Ya udah menjalin aja, saya udah kadung diusir, gimana?” kata dia kepada wartawan, Senin (20/1/2025).
Sebelumnya, Wakil Menteri, Stella Christie, terlihat mendampingi Neni untuk bertemu dengan salah satu anggota DPR Komisi X. Rencananya, Neni bersama rekan-rekannya akan menyambangi kantor DPR pada Selasa (21/1/2025).
“Besok insyaAllah kita mau ke DPR. Kita kan banyak bidang yang sering berurusan dengan DPR,” ujarnya.
Neni mengungkapkan bahwa hingga saat ini ia belum menerima surat pemecatan secara resmi. Padahal, dia sudah bertahun-tahun menjadi ASN sejak era Kemendikbuderistek. Pemecatannya terjadi pertama kali sejak Satryo menjabat.
“Tapi ya mudah-mudahan ini menjadi hikmah biar pimpinan-pimpinan itu juga tidak semena-mena relasi kuasa lah. Karena ini tuh institusi pendidikan loh. Kita aja sama teman-teman selalu berpesan ya, attitude kita tuh yang baik karena kita tuh di institusi pendidikan,” kata Neni.
Kata Kemendikti Saintek
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) RI, Togar M. Simatupang menyatakan bahwa Kemendikti Saintek tidak memberhentikan ASN secara mendadak.
Ia mengungkapkan hal tersebut sebagai respons terhadap demo yang dilakukan ASN Kemendikti Saintek akibat pemecatan mendadak Neni Herlina, salah satu pegawai Kemendikti Saintek.
“Tidak sejauh itu, dalam penataan ada tingkat layanan dan mutu yang harus dijamin oleh bagian atau individu. Ada perbedaan dan tentu aplikasi penghargaan dan pembinaan,” kata Togar seperti dilansir Antara.
Togar juga menyebutkan pihaknya terbuka untuk melakukan dialog persuasif.
“Sebenarnya masih tersedia ruang dialog yang lebih baik dan ini tetap dengan tangan yang terbuka, pemikiran yang terbuka, dan pencapaian resolusi yang terbaik,” lanjutnya.
Togar menegaskan bahwa proses pemberhentian ini tidak hanya berhenti pada opsi pemberhentian, tetapi juga bisa melibatkan opsi lain.
“Sedang proses, dan tentu terbuka untuk opsi lain, bukan hitam putih. Tidak baik terlalu reaktif dan tidak ada dialog,” ucap Togar M. Simatupang.
Sumber: Merdeka.com