Jurnal Pelopor – Keindahan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat selalu menggoda para pendaki dari seluruh dunia. Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), Rinjani menjadi destinasi favorit yang menyuguhkan pemandangan spektakuler. Namun, gunung ini juga menyimpan ancaman yang nyata, terutama di jalur ekstrem menuju puncak melalui Plawangan Sembalun.
Terbaru, seorang pendaki asal Brasil, Juliana (27), dilaporkan jatuh saat menapaki jalur Cemara Nunggal, Sabtu (21/6), sekitar pukul 06.30 WITA. Jalur ini memang dikenal oleh para pendaki sebagai bagian paling berbahaya dalam perjalanan menuju puncak Rinjani.
Jalur Kritis di Tengah Kabut dan Jurang
Cemara Nunggal bukan jalur biasa. Ia merupakan trek sempit berbatu, yang membelah dua medan mematikan: jurang dalam di sisi kiri, dan lereng kawah curam di sisi kanan. Jalur ini menjadi bagian dari summit attack pendakian menuju puncak yang biasa dimulai pukul 02.00 dini hari dari Plawangan Sembalun. Pada waktu-waktu ini, gelap, angin kencang, dan suhu dingin menjadi tantangan tambahan.
“Saya jalan pelan banget waktu lewat situ. Satu langkah salah, langsung jatuh ke jurang. Itu tempat bikin orang nangis,” kenang Banu Adikara, pendaki asal Jakarta yang melewati jalur tersebut pada 2017.
Hal senada disampaikan oleh Riyan Setiawan, pendaki lain yang mengaku jalur tersebut bisa membuat orang kehilangan arah karena medannya melebar, minim pencahayaan, dan jalur pasir yang mudah longsor.
“Biasanya jam dua atau tiga pagi mulai summit. Jalurnya bisa melebar, bisa salah jalur kalau tidak fokus,” ucap Riyan.
Jalur Menuju Puncak yang Sempit dan Padat
Sementara itu, Bayu Adji, yang juga pernah mendaki Rinjani, menyebut bahwa titik menuju puncak semakin menyempit. Para pendaki bahkan harus bergantian untuk menikmati puncak karena ruangnya yang sangat terbatas.
“Pas naik dari Sembalun, jalurnya sempit, pasir lepas, dan pinggir jurang. Puncaknya juga kecil, mesti gantian,” jelasnya.
Kondisi ekstrem ini membuat Rinjani tak hanya membutuhkan stamina, tapi juga mental baja dan kesiapan fisik total. Banyak pendaki asing, termasuk dari Eropa dan Amerika Selatan, tertarik dengan keindahan Rinjani, namun tak semua sadar betapa mematikannya trek menuju puncak.
Proses Evakuasi Juliana
Usai laporan jatuhnya Juliana, tim SAR gabungan langsung bergerak cepat melakukan evakuasi. Proses pencarian dilakukan dengan medan yang berat dan berisiko, mengingat lokasi jatuhnya berada di zona yang sulit dijangkau. Juliana akhirnya berhasil ditemukan dalam kondisi luka-luka dan dievakuasi ke bawah untuk mendapat perawatan intensif.
Pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) dan Basarnas mengimbau kepada para pendaki, khususnya wisatawan asing, untuk tidak meremehkan risiko jalur pendakian, serta selalu menggunakan pemandu lokal berpengalaman dalam setiap pendakian ke puncak.
Rinjani: Keindahan yang Tak Boleh Diremehkan
Gunung Rinjani memang menawarkan panorama luar biasa: dari Danau Segara Anak, padang sabana Sembalun, hingga kawah puncak. Namun, keindahan itu datang dengan harga tinggi yakni risiko medan yang ekstrem, minim penerangan, dan cuaca yang tak menentu.
Insiden yang menimpa Juliana menjadi pengingat penting bagi kita semua bahwa alam adalah sahabat yang harus dihormati dan dihadapi dengan kesiapan penuh.
Sudahkah kamu siap jika suatu hari ingin mendaki Rinjani? Jangan hanya melihat keindahannya, tapi kenali juga tantangannya!
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: