Jurnal Pelopor — Gencatan senjata di Jalur Gaza yang sempat membawa secercah harapan kini kembali di ujung tanduk. Ketegangan meningkat tajam pada Rabu (15/10/2025), setelah Israel mengancam akan menutup perlintasan Rafah dan menghentikan pasokan bantuan jika Hamas tidak mempercepat proses pengembalian jenazah para sandera Israel yang tewas.
Pengembalian Jenazah Sandera dan Ancaman Israel
Pada hari yang sama, Hamas menyerahkan sejumlah jenazah sandera melalui Palang Merah Internasional, masing-masing empat pada Senin, empat lagi pada Selasa malam, dan dua tambahan pada Rabu malam. Namun, otoritas Israel menuduh Hamas menipu karena salah satu dari delapan jenazah sebelumnya “bukan sandera”, yang memicu kecurigaan baru.
Seorang pejabat Israel mengatakan, pemerintahnya telah bersiap membuka kembali perlintasan Rafah untuk arus bantuan kemanusiaan. Sebanyak 600 truk bantuan direncanakan melintasi perbatasan pada hari itu. Namun, ancaman penutupan kembali Rafah masih menggantung jika Hamas dinilai tidak kooperatif.
Sementara itu, sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga diwajibkan menyerahkan 360 jenazah warga Palestina. Sebanyak 45 jenazah pertama telah diserahkan pada Selasa dan kini tengah diidentifikasi oleh otoritas kesehatan Palestina.
Trump Ultimatum Hamas: “Kesabaran Kami Ada Batasnya”
Dari Washington, Presiden Donald Trump mengeluarkan pernyataan keras yang menambah panas suasana. Trump menegaskan bahwa AS tidak akan menoleransi pelanggaran gencatan senjata oleh Hamas.
“Israel akan kembali ke jalanan itu begitu saya katakan waktunya. Jika Israel bisa masuk dan menghajar mereka, mereka akan melakukannya,” tegas Trump.
Trump juga memperingatkan Hamas untuk segera melucuti senjata. “Jika mereka tidak melakukannya, kami yang akan melucuti mereka,” ujarnya.
Meski begitu, ia memastikan militer AS tidak akan terlibat langsung jika pertempuran kembali pecah.
Sumber di Gedung Putih menyebut, Washington kini tengah fokus memastikan stabilisasi situasi di Gaza. Rencana pembentukan pasukan internasional penjaga perdamaian pun sedang digodok sebagai bagian dari tahap lanjutan kesepakatan damai yang digagas Trump.
Suara Keras dari Israel: Serangan Balik Siap Diluncurkan
Ketegangan juga meningkat di Tel Aviv. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengecam keras keputusan pemerintah yang tetap mengizinkan pengiriman bantuan ke Gaza. Melalui unggahan di platform X (Twitter), ia menyebut langkah itu sebagai aib nasional, dan menuduh Hamas berbohong soal pengembalian jenazah sandera.
Menteri Pertahanan Yoav Katz pun menginstruksikan penyusunan rencana komprehensif untuk kekalahan total Hamas jika kelompok itu kembali melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Kekerasan di Gaza Masih Terjadi
Meski pasukan Israel telah mundur ke “garis kuning” di luar kota-kota besar Gaza sesuai perjanjian, kekerasan belum benar-benar berhenti. Beberapa faksi bersenjata Palestina dilaporkan menumpas klan lokal yang dituduh bersekongkol dengan Israel.
Video yang diverifikasi Reuters memperlihatkan tujuh pria ditembak mati di jalan oleh milisi bertopeng. Aksi itu memicu kecaman luas, termasuk dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Komando militer AS untuk Timur Tengah (CENTCOM) juga mendesak Hamas agar menghentikan kekerasan internal dan segera melucuti senjata. Namun, Trump justru menilai tindakan Hamas terhadap geng kriminal lokal sebagai bagian dari upaya menegakkan ketertiban.
Arah Baru Diplomasi Gaza
Situasi Gaza kini berada di persimpangan. Di satu sisi, tekanan internasional terhadap Hamas terus meningkat; di sisi lain, Israel menghadapi tekanan moral global akibat krisis kemanusiaan yang berkepanjangan.
Menurut sumber diplomatik di Kairo, AS tengah mengatur pertemuan lanjutan antara pihak Palestina, Israel, dan Mesir pada akhir pekan ini. Forum itu diharapkan menjadi titik balik bagi kelanjutan gencatan senjata yang rapuh.
Namun dengan ancaman baru dari Trump dan tekanan internal di Israel, masa depan perdamaian Gaza tampak semakin tidak pasti.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Wow! Negara Komunis Ini Naikkan Tunjangan Guru Sampai 70%
Tren Baru! Brave Pink Hero Green Ramai Dipakai di Medsos
Saksikan berita lainnya: