Jurnal Pelopor – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,3 mengguncang wilayah Sarmi, Papua, Selasa (12/8/2025) siang. Getaran kuat membuat kendaraan roda dua yang terparkir berjatuhan, sementara warga panik berhamburan keluar rumah mencari tempat aman. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa ini dipicu oleh aktivitas tektonik di Jalur Anjak Mamberamo atau Mamberamo Thrust Belt.
Penyebab dan Lokasi Gempa
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa memiliki pergerakan naik (thrust fault). Episenter gempa terletak pada koordinat 2,21° LS dan 138,91° BT, tepatnya di darat, 43 km tenggara Sarmi, Papua, dengan kedalaman 38 km.
“Ini adalah gempa tektonik akibat aktivitas Jalur Anjak Mamberamo,” kata Daryono dalam keterangan tertulis.
Dampak dan Skala Intensitas
BMKG mencatat skala intensitas gempa di Sarmi mencapai IV–V MMI, yang berarti getaran dirasakan hampir semua penduduk, banyak orang terbangun, dan benda-benda ringan bergeser. Laporan warga menyebutkan adanya kerusakan pada bangunan di Sarmi.
Di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Wamena, gempa terasa dengan skala intensitas II–III MMI. Getaran dirasakan nyata di dalam rumah, mirip sensasi truk melintas.
Empat Gempa Susulan, Tidak Berpotensi Tsunami
Hingga pukul 15.50 WIB, hasil monitoring BMKG mencatat empat gempa bumi susulan (aftershock) dengan kekuatan terbesar magnitudo 4,1. Meski demikian, hasil pemodelan BMKG memastikan gempa ini tidak memicu tsunami.
“Tidak ada potensi tsunami dari gempa Sarmi ini,” tegas Daryono.
Jalur Anjak Mamberamo, Patahan Aktif di Papua
Jalur Anjak Mamberamo dikenal sebagai salah satu patahan aktif di Papua yang kerap memicu gempa signifikan. Pergerakan naik pada zona ini dapat menimbulkan guncangan luas dan kerusakan, meskipun episenter berada di darat. BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap gempa susulan dan memastikan bangunan tempat tinggal memenuhi standar konstruksi tahan gempa.
Kesimpulan
Gempa M 6,3 di Sarmi, Papua, menjadi pengingat kuat bahwa wilayah Indonesia, khususnya Papua, berada di zona rawan gempa akibat aktivitas tektonik. Meski tidak memicu tsunami, guncangan ini telah menimbulkan kerusakan dan kepanikan warga. BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan, mengingat potensi gempa susulan dan risiko dari patahan aktif seperti Jalur Anjak Mamberamo yang sewaktu-waktu dapat kembali bergerak.
Sumber: Liputan6
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: