Jurnal Pelopor – Gencatan senjata memang telah disepakati antara Israel dan Iran, tetapi pertanyaan besar masih menggantung: siapa yang sebenarnya menang dalam konflik yang membara selama 12 hari itu?
Presiden AS Donald Trump menyebutnya sebagai “Perang 12 Hari”. Namun, di balik perayaan dan klaim kemenangan dari kedua belah pihak, kenyataan di medan perang dan dampak strategisnya jauh lebih kompleks.
Saling Balas Serangan
Israel berhasil meluncurkan serangan udara presisi ke sejumlah fasilitas militer dan infrastruktur penting Iran, termasuk situs nuklir yang diklaim hancur. Meskipun belum ada verifikasi independen atas kerusakan fasilitas bawah tanah tersebut, dari sisi taktis, Israel terlihat sukses menghantam sasaran strategis.
Namun, Iran tak tinggal diam. Untuk pertama kalinya, negara tersebut melancarkan serangan rudal dan drone secara langsung ke wilayah Israel, bukan hanya melalui kelompok proksi. Ini menandai pergeseran besar dari taktik perang bayangan ke konfrontasi terbuka.
Kemenangan Simbolik dan Diplomatik
Di dalam negeri, baik Teheran maupun Tel Aviv merayakan kemenangan. Iran menyebutnya “kemenangan besar” atas agresor, sementara Netanyahu mengklaim sebagai “kemenangan untuk generasi masa depan Israel.”
Namun menurut para analis, gencatan senjata ini bukan akhir konflik, melainkan jeda strategis. Masalah utama terutama program nuklir Iran—masih menjadi bara dalam sekam yang bisa menyala kapan saja.
Eropa Jadi Penentu
Eropa kini menjadi aktor kunci dalam diplomasi. Inggris, Prancis, dan Jerman tengah mencoba menghidupkan kembali semangat JCPOA (Kesepakatan Nuklir Iran 2015) dengan mengusulkan inspeksi ulang terhadap fasilitas nuklir Iran. Dukungan Eropa bisa menjadi jalan tengah antara tekanan AS dan respons keras Iran.
Dilema Amerika Serikat
Meski mendukung Israel, AS tampaknya enggan mendorong perubahan rezim di Iran. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bahkan menyatakan bisa menerima program nuklir damai Iran. Ini membuka celah diplomasi, namun jika gagal, opsi militer bisa kembali di atas meja.
Siapa Buntung?
Korban sipil di kedua negara, gangguan ekonomi regional, dan rusaknya infrastruktur menjadi kerugian utama dari perang ini. Meski elit politik dan militer bisa mengklaim kemenangan, rakyat di lapangan yang harus membayar harga mahal dari konflik ini.
Kesimpulan
Perang ini belum benar-benar usai. Israel berhasil unjuk kekuatan militer, Iran berhasil mengubah strategi perlawanan, dan Eropa mungkin jadi penentu perdamaian. Tapi bagi dunia, ini adalah alarm keras bahwa perdamaian Timur Tengah tetap rapuh dan penuh ancaman eskalasi.
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: