Jurnal Pelopor — Seorang driver ojek online mengantarkan sebuah paket kardus ke sebuah masjid. Isinya? Mayat bayi hasil hubungan sedarah antara kakak dan adik. Ini bukan fiksi, bukan clickbait. Ini adalah kenyataan pahit yang terjadi di Indonesia hari ini. Kasus ini mencerminkan bagaimana bangsa ini tengah kehilangan rasa malu, iman, dan kontrol atas dirinya sendiri. Sementara negara sibuk dengan rapat-rapat dan polemik politik, moral kita perlahan-lahan mati.
Normalisasi Dosa dan Komunitas Penyimpang di Dunia Maya
Kasus tragis tersebut bukanlah kejadian tunggal. Di dunia maya, terdapat grup bernama Fantasi Sedarah Indonesia dengan puluhan ribu anggota yang dengan terbuka mendiskusikan dan bahkan memuja hubungan sedarah tanpa rasa malu atau takut dosa. Dosa yang dahulu disembunyikan kini justru dipamerkan dengan bangga. Ini bukan tanda kebebasan, melainkan indikasi hilangnya arah moral bangsa.
Agama Dipinggirkan, Nafsu Dijadikan Tuhan
Dulu agama menjadi kompas dan penuntun bagi masyarakat. Namun kini, agama dianggap penghalang kebebasan ekspresi. “Semua orang berhak berekspresi,” kata mereka. Tapi apakah termasuk berekspresi dengan seks menyimpang? Dengan birahi pada saudara sendiri? Ketika nilai agama dan moral diabaikan, manusia tidak lagi menjunjung derajat kemanusiaan, bahkan lebih rendah dari binatang yang setidaknya tidak mengirimkan mayat anaknya lewat layanan ojek online.
Negara dan Regulasi yang Masih Lemah
Negara di mana? Polisi baru bertindak setelah kasus viral. DPR sibuk dengan pemilihan capres 2029. Kementerian Komunikasi dan Informatika belum juga menindak tegas grup incest di media sosial. Parahnya, belum ada undang-undang khusus yang mengatur hubungan sedarah sebagai tindak pidana seksual berat. UU Perlindungan Anak hanya melindungi korban di bawah umur, sementara jika dua-duanya dewasa, dianggap “suka sama suka.” Ini bukan kebebasan, tapi sebuah penyakit sosial yang menggerogoti bangsa.
Dampak Internet dan Kebebasan Tanpa Batas
Era digital membawa segalanya serba cepat dan mudah, tapi siapa yang mengawasi? Anak SMP bisa saja masuk ke grup incest online tanpa hambatan. Literasi digital kita belum memadai, dan orang tua seringkali tidak menyadari bahaya ini. Kebebasan digital tanpa moral seperti memberikan pisau tajam ke anak kecil — bahaya, tapi dibiarkan begitu saja. Hasilnya: tragedi sosial seperti kasus di Medan makin sering terjadi.
Solusi Nyata: Dari Hukum Hingga Pendidikan Moral
Kita tidak bisa hanya menangis di Twitter. Solusi harus nyata dan tegas:
- Hubungan sedarah harus dimasukkan dalam kategori tindak pidana seksual berat dengan hukuman tegas tanpa kompromi.
- Bentuk satuan siber moral nasional untuk memantau dan menindak grup penyimpangan di internet.
- Reformasi kurikulum dengan memasukkan pendidikan agama dan etika sebagai mata pelajaran utama, jangan takut disebut konservatif.
- Wajibkan literasi digital untuk orang tua agar mereka bisa mengawasi anak sejak dini.
- Perkuat peran tokoh agama dan budaya sebagai benteng moral bangsa, bukan sekadar pengisi acara seremonial.
Ini Bukan Masalah Medan, Tapi Masalah Kita Semua
Kasus ini memang terjadi di Medan, tapi ini bukan masalah lokal semata. Ini cermin dari kondisi bangsa. Ketika kita diam, besok tragedi lebih mengerikan bisa terjadi di mana saja. Kita sudah kehilangan banyak hal: harga diri, kesucian keluarga, dan rasa takut kepada Tuhan. Jangan biarkan generasi kita hilang karena dosa sudah tak lagi dianggap dosa.
Penutup: Saat Dosa Jadi Biasa, Neraka Sudah di Depan Mata
Mayat bayi hasil hubungan sedarah seharusnya membuat kita marah dan beraksi, bukan hanya nyinyir lalu scroll. Jurnal Pelopor hadir bukan hanya untuk mengabarkan, tapi untuk memberi tamparan keras kepada kita semua. Kebebasan tanpa batas bukanlah kemajuan, tapi kehancuran. Ketika manusia tak lagi takut dosa, neraka bukanlah di akhirat, tapi sudah ada di dunia nyata kita.
Apa pendapatmu tentang situasi ini? Bagaimana kita bisa bersama-sama menyelamatkan moral bangsa? Yuk, diskusi!
Baca Juga:
Tanpa Target Juara, Sukorejo FC Bikin Kejutan di Bali 7’s 2025!
Hari Bumi 2025: BKPRMI Galang Aksi Tanam 1 Juta Pohon
Saksikan berita lainnya:
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?