Jurnal Pelopor – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah menyiapkan program besar revitalisasi tambak di kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa. Proyek ini mencakup lahan seluas 78.550 hektare yang dijalankan secara bertahap. Pada fase pertama, KKP menargetkan lahan 20.413 hektare untuk digarap dengan usulan pendanaan sekitar Rp26 triliun yang diajukan ke Danantara.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, TB Haeru Rahayu, mengatakan sebagian besar lahan berasal dari aset negara di bawah Kementerian Kehutanan. Pemanfaatannya akan melalui skema Kawasan Hutan untuk Ketahanan Pangan (KHKP). Namun, sebelum izin keluar, ada lebih dari sepuluh persyaratan yang harus dipenuhi, termasuk Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Dukungan Daerah dan Sosialisasi
Karena proyek ini berada di Jawa Barat, KKP menggandeng pemerintah provinsi serta empat kabupaten yang masuk dalam area proyek, yakni Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu. Menurut Haeru, dukungan pemerintah daerah dan masyarakat terus dibangun, meski sosialisasi berlangsung maraton.
“Sosialisasi kayaknya sudah capek nih kita. Tetapi dinamika terus berjalan, tidak apa-apa, kita akan lakukan,” ujarnya dalam acara Outlook Tilapia Indonesia 2025 di Jakarta.
Serap 40 Ribu Tenaga Kerja
Haeru menegaskan revitalisasi Pantura bukan sekadar membangun tambak, tetapi juga menciptakan lapangan kerja besar. Dengan asumsi dua pekerja per hektare, fase pertama berpotensi menyerap 40.000 tenaga kerja langsung, belum termasuk efek turunan dari sektor hulu ke hilir seperti penyediaan pakan, transportasi, hingga industri pengolahan. Meski begitu, pemerintah masih belum menentukan BUMN mana yang akan mengelola proyek strategis ini.
Fokus pada Tilapia untuk Ketahanan Pangan
Revitalisasi tambak Pantura diarahkan untuk budidaya ikan nila (tilapia). Ikan ini dipilih karena mudah dibudidayakan, bergizi tinggi, dan memiliki pasar ekspor yang stabil. Pada 2023, produksi tilapia Indonesia mencapai 1,36 juta ton, dengan Jawa Barat sebagai penyumbang terbesar.
Ketua Umum Asosiasi Tilapia Indonesia (ATI), Alwi Tunggul Prianggolo, menyambut baik program ini karena bisa membawa tilapia naik kelas ke level industri global. Namun, ia menekankan agar hasil panen dari tambak Pantura lebih difokuskan pada industri pengolahan ekspor, bukan pasar domestik, agar harga ikan nila lokal tetap stabil.
Selain volume, Alwi berharap program ini meningkatkan kualitas melalui teknologi budidaya modern, perbaikan benih, serta sertifikasi ramah lingkungan. Dengan langkah tersebut, tilapia Indonesia bisa memperkuat posisi di pasar internasional sekaligus menjadi bagian dari strategi ketahanan pangan nasional.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: