• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya
Advertisement
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya
No Result
View All Result
Home Nasional

Kelas Menengah Indonesia Anjlok, Daya Beli Terpuruk?

Kelas menengah Indonesia menyusut, 9,48 juta turun ke rentan miskin. Inflasi, daya beli melemah, dan pandemi memperparah kondisi ekonomi.

Achmad Rizal by Achmad Rizal
29/03/2025
in Nasional
0
kelas menengah
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Jurnal Pelopor – Kelompok kelas menengah di Indonesia semakin terdesak. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah mereka menyusut drastis dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi hanya 47,85 juta orang pada 2024. Dengan kata lain, sekitar 9,48 juta orang turun kasta ke kelompok rentan atau bahkan miskin.

Penurunan ini juga tercermin dari meningkatnya jumlah kelompok rentan miskin, yang naik dari 54,97 juta orang pada 2019 menjadi 67,69 juta orang pada 2024. Kondisi ini mencerminkan betapa beratnya tekanan ekonomi bagi masyarakat, yang diperburuk oleh inflasi dan daya beli yang terus melemah.

Transaksi QRIS Merosot, Konsumsi Kelas Menengah Melemah

Salah satu indikator penurunan daya beli kelas menengah terlihat dari transaksi digital, khususnya QRIS. Bank Jatim (BJTM) mencatat tren penurunan transaksi QRIS sejak Juni hingga Agustus 2024. Pada Juni, nominal transaksi QRIS masih mencapai Rp176,30 miliar, tetapi kemudian turun tajam menjadi Rp127,91 miliar di Juli, dan hanya naik sedikit menjadi Rp130,51 miliar di Agustus.

Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, mengungkapkan bahwa meskipun transaksi digital secara keseluruhan masih tumbuh dalam delapan bulan terakhir, penurunan sejak Juni menjadi perhatian serius. Tren ini juga sejalan dengan deflasi inti yang terjadi empat bulan berturut-turut sejak Mei.

Tabungan Menurun, Prioritas Belanja Berubah

Bank Oke Indonesia (OK Bank) melaporkan penurunan tabungan sekitar 12% secara tahunan (year on year) per 4 September 2024. Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah, menjelaskan bahwa menurunnya daya beli membuat masyarakat mengalihkan pengeluaran mereka ke kebutuhan pokok, sementara sektor hiburan dan restoran justru mengalami penurunan transaksi.

Hal serupa juga terjadi di Bank BJB (BJBR). Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, mengungkapkan bahwa meskipun jumlah transaksi masih meningkat, nilai transaksi menurun. Ia menjelaskan bahwa dengan nominal yang sama, masyarakat kini hanya mampu membeli lebih sedikit barang dibandingkan sebelumnya.

“Dulu dengan Rp100 ribu bisa membeli 10 barang, sekarang hanya cukup untuk 8-9 barang saja. Ini menunjukkan inflasi telah menekan daya beli masyarakat,” kata Yuddy.

Kredit Konsumsi Terpukul, KPR dan KKB Masih Bertahan

Bank Central Asia (BCA), sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, juga merasakan dampak dari penurunan kelas menengah. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengakui bahwa kredit retail menjadi sektor yang paling terpukul.

“So far kredit retail yang lebih berat,” ujar Jahja.

Namun, ia menambahkan bahwa kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) masih tumbuh karena suku bunga yang relatif rendah. Ini menunjukkan bahwa meskipun konsumsi harian melemah, permintaan terhadap kredit jangka panjang masih bertahan.

Dampak Besar terhadap Perekonomian

Penurunan kelas menengah berpotensi memperlambat perekonomian nasional. Sebagai penggerak utama konsumsi domestik, melemahnya daya beli mereka dapat berimbas pada banyak sektor. Oleh karena itu, pemerintah dan industri keuangan perlu segera merumuskan strategi untuk mengangkat kembali daya beli masyarakat agar kelas menengah tidak semakin terpuruk.

Sumber: CNBC Indonesia

Baca Juga:

Revisi UU TNI Disorot Media Asing, Bangkitnya Dwifungsi ABRI?

Mahasiswa Kotawaringin Timur Tuntut Pencabutan UU TNI

Saksikan berita lainnya:

Reformasi atau Langkah Mundur? Pengesahan RUU TNI 2025

Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?

Tags: #KelasMenengah #EkonomiIndonesia #BPS #DayaBeli #Kemiskinan #KrisisEkonomi #Prabowo #JurnalPelopor #Indonesia #Inflasi
Previous Post

Gempa Guncang Myanmar, Ribuan Tewas, Kerugian Fantastis!

Next Post

RUU Polri Harus Dikontrol, Bukan Sekadar Tambah Kewenangan

Achmad Rizal

Achmad Rizal

Related Posts

sound horeg
Nasional

Sound Horeg Diharamkan MUI Jatim, Kemenkumham Buka Suara

19/07/2025
prabowo
Nasional

80 Ribu Koperasi Disahkan, Prabowo Siap Resmikan 21 Juli!

19/07/2025
kpk
Nasional

KPK Telusuri Uang Gratifikasi Eks Suami Olla, Total Rp1,3 M!

18/07/2025
pppk
Nasional

4 Tahun Terlantar, Guru Lulus PPPK Kini Jadi Juru Parkir!

18/07/2025
prabowo
Nasional

Prabowo Siap Luncurkan Tema dan Logo HUT RI ke-80 di Istana

18/07/2025
bsu
Nasional

BSU 2025 Belum Cair? Ini 5 Penyebab Utamanya

17/07/2025
Next Post
RUU Polri Harus Dikontrol, Bukan Sekadar Tambah Kewenangan

RUU Polri Harus Dikontrol, Bukan Sekadar Tambah Kewenangan

Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Navigate Site

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.