Jurnal Pelopor – Kisah luar biasa datang dari seorang petani di pedesaan Irlandia yang memilih menjual lahannya senilai 600.000 Euro atau sekitar Rp11,4 miliar demi satu tujuan: masuk surga. Alih-alih menyimpan atau mengembangkan uang hasil penjualannya, pria paruh baya ini justru menyumbangkan sebagian besar hartanya kepada orang miskin. Aksinya memantik pujian sekaligus keprihatinan banyak pihak.
“Mendapat Pesan dari Tuhan”
Petani berusia 40-an tahun itu, yang identitasnya dirahasiakan oleh media lokal, mengaku mendapat “pesan dari Tuhan” untuk menyumbangkan seluruh hartanya demi kehidupan akhirat. Ia meyakini, jika ingin masuk surga, maka ia harus melepas harta duniawi sepenuhnya. Ia pun menjual lahan pertaniannya, lalu membagikan uang tunai kepada siapa pun yang ditemuinya termasuk perempuan tunawisma yang ia beri 1.000 Euro (sekitar Rp19 juta) secara spontan di jalan.
Hanya dalam beberapa minggu, saldo rekeningnya turun drastis. Ia tampak tulus menjalani keyakinannya, namun konsekuensi dari tindakan ini mulai mengkhawatirkan.
Rekening Minus, Harta Tersisa Sedikit
Pengacaranya, Katherine Kelleher, mengungkapkan kondisi finansial kliennya yang kini mulai terpuruk. Di hadapan Pengadilan Tinggi Irlandia, ia menyebutkan bahwa salah satu rekening petani tersebut malah tercatat minus 65.000 Euro atau sekitar Rp1,3 miliar. Total sumbangan yang telah ia berikan diperkirakan mencapai lebih dari 350.000 Euro (Rp6,6 miliar), menyisakan sekitar 250.000 Euro (Rp4,7 miliar) dari hasil penjualan lahannya.
Tak hanya itu, dalam beberapa minggu terakhir, pria ini kembali mengucurkan donasi sebesar 38.000 Euro (Rp721 juta) secara bertahap, tanpa perencanaan jangka panjang.
Dikhawatirkan Bahaya bagi Diri Sendiri
Melihat perilaku dermawan yang tak terkendali ini, Badan Layanan Kesehatan Irlandia meminta pengadilan untuk menunjuk seorang guardian ad litem, yakni perwakilan hukum independen yang bertugas melindungi hak dan kepentingan si petani. Tujuannya adalah agar sang petani tidak terus-menerus menyedekahkan semua hartanya hingga tak memiliki apa pun untuk kebutuhan hidup sendiri.
Langkah ini diambil bukan untuk menghalangi niat baiknya, tetapi untuk melindunginya dari risiko hidup tanpa jaminan ekonomi.
Kesimpulan: Kedermawanan yang Perlu Diiringi Kebijaksanaan
Apa yang dilakukan petani ini adalah cerminan dari ketulusan hati dan keyakinan spiritual yang mendalam. Namun, tanpa kendali dan perencanaan, tindakan ini bisa berujung pada kehancuran pribadi. Kebaikan memang membawa berkah, tetapi dalam banyak ajaran agama termasuk Islam ditekankan pentingnya keseimbangan: berderma tanpa melupakan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga. Kisah ini menjadi pelajaran penting: niat baik harus dibarengi kebijaksanaan.
Sumber: Liputan6
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: