• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya
Advertisement
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya
No Result
View All Result
Home Opini

Iran Tutup Selat Hormuz, Barat Merengek Damai!

Oleh: Muhammad Musa

musa by musa
24/06/2025
in Opini
0
Selat Hormuz
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Jurnal Pelopor – Langkah gegabah Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni 2025 mungkin diniatkan sebagai pesan dominasi global. Namun yang terjadi justru sebaliknya: Iran menggertak balik dengan kartu pamungkasnya penutupan Selat Hormuz dan dunia langsung ketar-ketir. Arogansi berubah jadi kegugupan, ketika harga minyak mengancam melonjak dan mesin ekonomi global mulai tersendat.

Lebih dari 20% minyak dunia dan 30% LNG global melintasi selat sempit ini. Ketika Iran menyebut akan “menghukum musuh,” dunia tahu itu bukan sekadar ancaman retoris. Keputusan Iran untuk memobilisasi kapal perang, drone Shahed, hingga rudal permukaan-ke-permukaan di sekitar Hormuz adalah sinyal: ini bukan perang simbolik, tapi pertaruhan eksistensial.

Dan lihat siapa yang pertama panik? Bukan negara-negara tetangga, bukan negara berkembang. Tapi Washington dan sekutunya di Eropa, yang tiba-tiba melunak dan meminta China membujuk Iran agar “menahan diri.” Ironi geopolitik di tengah krisis: Barat yang selama ini meneriakkan sanksi dan supremasi justru memohon pada rival strategisnya.

Mengapa Hormuz begitu krusial? Karena Iran adalah penguasa de facto jalur ini. Tujuh dari delapan pulau strategis di sekitar selat berada di bawah kontrol Teheran. Pulau Abu Musa, Greater dan Lesser Tunb, bahkan telah dipenuhi instalasi militer IRGC. Secara fisik dan geografis, Iran memegang sakelar distribusi energi dunia.

Ketika AS membom Natanz, Isfahan, dan Fordow, mereka mungkin mengira Iran hanya akan merespons secara konvensional. Tapi Iran tahu cara bermain dalam medan non-konvensional energi, logistik, dan tekanan global. Dan kini mereka bermain catur, sementara Barat sibuk bermain adu otot.

Permintaan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio agar Beijing ikut menenangkan situasi justru menjadi pengakuan terbuka atas kegagalan strategi Amerika sendiri. Ketika kartu truf dipegang Iran, pentagon tak punya pilihan selain mencari jalur keluar lewat musuh lamanya.

Arogansi Berujung Bumerang

Konflik ini bukan lagi soal Iran vs Israel atau AS. Ini tentang ketidaksiapan dunia Barat menghadapi efek dari kebijakan mereka sendiri. Barat menyalakan api, lalu terkejut saat rumah dunia mulai terbakar. Mereka yang sebelumnya percaya bisa “mengendalikan” Iran, kini justru meminta belas kasihan diplomasi.

Logika dan kehati-hatian harus menggantikan egosentrisme militer. Jika Selat Hormuz benar-benar ditutup, maka resesi global hanya soal waktu, bukan kemungkinan. Dan jika Barat tetap memilih jalur kekerasan, maka sejarah akan mencatat bahwa mereka sendiri yang melempar korek ke ladang bensin.

Iran bukan raksasa ekonomi atau militer, tapi punya posisi strategis yang tak tergantikan. Dunia harus mulai mengakui satu fakta: keseimbangan global tidak lagi bisa dipertahankan dengan unilateralisme. Iran, dengan segala kontroversinya, kini memegang salah satu tombol utama stabilitas dunia.

Kesimpulan

Kebijakan luar negeri yang hanya mengandalkan tekanan dan bom tidak akan menyelesaikan apa pun. Dunia butuh pendekatan baru—yang menghormati kedaulatan, geopolitik, dan realitas kekuatan yang sedang bergeser. Jika tidak, Hormuz bisa menjadi awal dari akhir dominasi Barat.

Baca Juga:

Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung

Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas

Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas

Saksikan berita lainnya:

Reformasi atau Langkah Mundur? Pengesahan RUU TNI 2025

5 Skandal Hakim Terbesar di Indonesia! Bisakah Prabowo Bersihkan Peradilan?

Tags: #AmerikaSerikat #Iran #SelatHormuz #HargaMinyak #Geopolitik #EkonomiGlobal #KonflikInternasional #KeteganganTimurTengah #DampakEkonomi #JurnalPelopor
Previous Post

Kepala Tertimbun Lumpur, Wanita Ini Tewas Tragis di Tangan Pacar

Next Post

AHY Bicara Urbanisasi & Iklim di BRICS, Soroti Peran Indonesia

musa

musa

Related Posts

profMuhammad Iqbal, Ph.D Psikolog
Opini

Di Balik Jas Diplomat: Ada Luka yang Tak Terlihat

31/07/2025
iran
Opini

Iran Selangkah di Depan, AS–Israel Kehilangan Arah

23/06/2025
sopir
Opini

Negara, Jalanan, dan Para Sopir yang Ditumbalkan

21/06/2025
bojonegoro
Opini

Bojonegoro Siap Melonjak! KEK & Industrialisasi di Ambang Pintu

16/06/2025
Dr. Almuzammil Yusuf, Presiden PKS Paket Lengkap : Sarjana Politik Yang Sukses Menjadi Politisi
Opini

Dr. Almuzammil Yusuf, Presiden PKS Paket Lengkap : Sarjana Politik Yang Sukses Menjadi Politisi

06/06/2025
bojonegoro
Opini

Air, Sawah, dan Masa Depan Bojonegoro: Dari Gedongarum hingga Pegunungan Selatan

27/05/2025
Next Post
ahy

AHY Bicara Urbanisasi & Iklim di BRICS, Soroti Peran Indonesia

Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Navigate Site

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.