Jurnal Pelopor – Meski tidak memiliki cadangan minyak sama sekali, Singapura berhasil menjelma menjadi salah satu pusat industri minyak dan petrokimia terbesar di dunia. Dengan kapasitas pengolahan mencapai 1,5 juta barel per hari, negara kecil ini kini berada di posisi ketiga dunia dalam hal penyulingan minyak, setelah Rotterdam dan Houston.
Kilang Minyak Raksasa di Negara Kecil
Singapura hanya seluas 728 km², namun menjadi markas bagi tiga kilang raksasa:
- ExxonMobil di Pulau Ayer Chawan – 605.000 bph
- Royal Dutch Shell di Pulau Bukom – 500.000 bph
- Singapore Refining Company di Pulau Merlimau – 290.000 bph
Ketiganya menjadikan Singapura sebagai pusat pengolahan dan ekspor produk minyak olahan ke berbagai negara, termasuk Indonesia, India, Malaysia, Vietnam, hingga Amerika Serikat.
Pusat Bunkering dan Perdagangan Energi Dunia
Tak hanya kilang, Singapura juga merupakan:
- Pelabuhan bunkering terbesar di dunia, dengan penjualan rata-rata 45 juta ton metrik per tahun (setara 15% pasar global).
- Pusat perdagangan minyak Asia-Pasifik, di mana harga acuan minyak regional ditentukan.
- Eksportir produk minyak olahan terbesar keempat di dunia, dengan ekspor mencapai 75 juta ton ekuivalen minyak (Mtoe) pada 2023.
Impor untuk Ekspor: Strategi Cerdas Tanpa Sumber Daya
Singapura memang tidak punya minyak mentah. Pada 2023, mereka mengimpor sekitar 797 ribu bph, mayoritas dari Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait. Minyak tersebut lalu diolah dan sebagian besar diekspor. Total nilai ekspor minyak olahan Singapura tahun 2024 mencapai US$ 76,15 miliar atau sekitar Rp 1.238 triliun.
Indonesia termasuk pasar terbesar untuk produk minyak Singapura. Data BPS mencatat, Indonesia mengimpor 15 juta ton produk minyak dari Singapura senilai lebih dari US$ 11,4 miliar pada 2024.
Kunci Sukses Singapura: Bukan SDA, Tapi SDM dan Sistem
Keunggulan Singapura tak datang dari kekayaan alam, melainkan dari:
- Lokasi strategis dekat Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.
- Infrastruktur energi kelas dunia di Pulau Jurong, rumah bagi lebih dari 100 perusahaan minyak dan petrokimia.
- Sistem hukum transparan, pajak ramah bisnis, dan kebijakan pro-investasi.
- Tenaga kerja berkualitas, dengan lebih dari 70% penduduk mampu berbahasa ganda.
- Pemerintahan stabil dan kompeten, mendukung ekosistem inovatif dan regulasi yang pro-pasar.
Bank Dunia bahkan secara konsisten menempatkan Singapura sebagai salah satu negara dengan iklim bisnis terbaik di dunia.
Kesimpulan: Negara Tanpa Minyak, Tapi Kaya dari Minyak
Singapura membuktikan bahwa sumber daya alam bukan satu-satunya syarat jadi negara besar. Dengan strategi cerdas, investasi infrastruktur, tata kelola baik, dan SDM unggul, negara mungil ini berhasil mengalahkan banyak negara penghasil minyak dan menjadi pemain kunci dalam industri energi global.
Masih yakin SDA adalah segalanya? Singapura menunjukkan sebaliknya. Negara lain bisa belajar banyak dari keberhasilan ini.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Tanpa Target Juara, Sukorejo FC Bikin Kejutan di Bali 7’s 2025!
Hari Bumi 2025: BKPRMI Galang Aksi Tanam 1 Juta Pohon
Saksikan berita lainnya:
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?