• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya
Advertisement
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini
No Result
View All Result
Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya
No Result
View All Result
Home Nasional

Ekonomi RI Gawat! 9 Tanda Krisis Mulai Terlihat

Ekonomi Indonesia melambat. Sembilan indikator utama memperlihatkan gejala mengkhawatirkan di industri, tenaga kerja, dan perbankan.

musa by musa
05/06/2025
in Nasional
0
Ekonomi
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Jurnal Pelopor – Ekonomi Indonesia sedang diuji. Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai indikator memperlihatkan sinyal perlambatan yang tak bisa diabaikan. Mulai dari sektor industri, perdagangan, tenaga kerja, hingga perbankan, semua menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berikut ini sembilan tanda bahaya yang sedang dihadapi perekonomian nasional.

1. PMI Manufaktur Kembali Kontraksi

Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia untuk Mei 2025 tercatat di angka 47,4 — menandakan kontraksi dua bulan berturut-turut. Aktivitas produksi dan pesanan baru terus melemah. Ini menjadi tanda bahwa industri dalam negeri sedang mengalami tekanan besar, dan pemulihan masih jauh dari harapan.

2. Deflasi Berulang Sepanjang Tahun

Mei 2025 mencatatkan deflasi sebesar 0,37%. Ini adalah deflasi ketiga dalam lima bulan terakhir. Turunnya harga bahan makanan seperti cabai, bawang, dan ayam ras menunjukkan lemahnya permintaan. Jika deflasi terus terjadi, ini bisa menandakan daya beli masyarakat yang makin menurun, bukan karena harga terkendali, tetapi karena konsumsi yang lesu.

3. PDB Kuartal I Gagal Tembus 5%

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87% (year-on-year). Padahal, ada momen Ramadan yang biasanya mendorong konsumsi. Namun, kenyataannya, ekonomi tetap lesu dan konsumsi rumah tangga belum bisa menjadi penggerak utama pertumbuhan.

4. Surplus Dagang Menyusut Tajam

Meski neraca perdagangan masih mencatat surplus, nilainya makin kecil. April 2025 hanya surplus US$150 juta, jauh menurun dari Maret yang mencapai US$4,3 miliar. Ini menjadi surplus terendah dalam lima tahun terakhir. Jika tren ini berlanjut, stabilitas rupiah dan cadangan devisa bisa terancam.

5. Nilai Ekspor Turun, Sinyal Bahaya dari Luar Negeri

Ekspor Indonesia pada April 2025 turun menjadi US$20,74 miliar, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Penurunan terjadi pada ekspor migas maupun nonmigas. Penurunan ini bisa berdampak pada penerimaan negara, industri ekspor, dan lapangan kerja.

6. PHK Besar-besaran Semakin Meluas

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat lebih dari 73.000 pekerja terkena PHK dalam tiga bulan pertama 2025. Industri padat karya paling terdampak. PHK massal menurunkan daya beli, menaikkan angka pengangguran, dan mengganggu stabilitas sosial.

7. Jumlah Pengangguran Naik Lagi

Per Februari 2025, jumlah pengangguran mencapai 7,28 juta orang, naik 83 ribu dari tahun sebelumnya. Meski persentasenya menurun karena jumlah angkatan kerja bertambah, namun jumlah absolut pengangguran yang meningkat tetap menjadi alarm bagi pemerintah.

8. Kredit Perbankan Mulai Melambat

Pertumbuhan kredit perbankan hanya 8,88% secara tahunan hingga April 2025. Bank-bank mulai berhati-hati dalam menyalurkan pinjaman. Hal ini bisa memperlambat ekspansi dunia usaha, serta mengurangi konsumsi masyarakat yang bergantung pada kredit seperti KPR dan kendaraan.

9. Laba Bersih Bank Lesu

Empat bank besar Indonesia mencatat total laba bersih Rp57,28 triliun — hanya tumbuh 0,55% dibanding tahun lalu. Lesunya pendapatan bunga dan kenaikan biaya operasional membuat bank lebih hati-hati dalam ekspansi kredit. Ini juga bisa berdampak pada minat investasi di sektor perbankan.

Saatnya Aksi Nyata dari Pemerintah

Sembilan alarm ini tidak bisa dianggap sepele. Pemerintah perlu mengambil langkah cepat dan konkret: stimulus fiskal, perlindungan tenaga kerja, dan insentif bagi sektor produktif. Jika tidak, perlambatan ini bisa berubah menjadi krisis yang lebih besar.

Sumber: CNBC Indonesia

Baca Juga:

Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung

DPP BKPRMI Dorong Pemerintah Lebih Perhatikan Kesejahteraan Guru Ngaji

DPP BKPRMI Dorong Pemerintah Lebih Perhatikan Kesejahteraan Guru Ngaji

 

Saksikan berita lainnya:

Reformasi atau Langkah Mundur? Pengesahan RUU TNI 2025

Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?

Tags: #EkonomiIndonesia #Resesi #SinyalBahaya #IndustriLesu #TenagaKerja #Perbankan #JurnalPelopor #Indonesia #KrisisEkonomi #WaspadaEkonomi
Previous Post

OJK Wajibkan Peserta Asuransi Tanggung 10% Biaya Berobat, Solusi Tepat?

Next Post

Siap-siap! Spanyol Hadapi Prancis di Duel Mental Juara

musa

musa

Related Posts

rokok
Nasional

Dapat Laporan Warga, Purbaya Siap Kejar Mafia Rokok Ilegal!

18/10/2025
sjafrie
Nasional

Petinggi PKS Sowan ke Menhan Sjafrie, Ada Agenda Rahasia?

18/10/2025
purbaya
Nasional

Purbaya Pecat Pegawai Bea Cukai Nongkrong di Starbucks

18/10/2025
delpedro
Nasional

Yusril Bantah Pemerintah dan Polri Intervensi Kasus Delpedro!

17/10/2025
polda
Nasional

Polda Metro Libatkan Ormas, Jakarta Akan Lebih Aman?

17/10/2025
rumah subsidi
Nasional

Purbaya: Rumah Subsidi Harus 45 m², Biar Layak Dihuni

16/10/2025
Next Post
spanyol

Siap-siap! Spanyol Hadapi Prancis di Duel Mental Juara

Jurnal Pelopor | Pelopor Berita Terdepan dan Terpercaya

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Navigate Site

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Lokal Daerah
  • Redaksi
  • Olahraga
  • Opini

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.