Jurnal Pelopor – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memasuki babak baru penuh dinamika setelah Muktamar X yang digelar di Jakarta akhir pekan ini diwarnai klaim ganda soal ketua umum. Mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan dirinya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PPP menggantikan Muhammad Mardiono. Namun di saat bersamaan, Mardiono, yang sebelumnya menjabat Plt Ketua Umum PPP, juga menegaskan dirinya telah disahkan secara aklamasi sebagai ketua umum definitif.
Agus Suparmanto diklaim sah terpilih melalui Sidang Paripurna VIII yang dipimpin Qoyum Abdul Jabbar. Menurut Qoyum, keputusan aklamasi Agus adalah hasil aspirasi mayoritas muktamirin.
“Aklamasi Pak Agus Suparmanto merupakan kehendak Muktamar. Ini aspirasi para peserta yang menentukan keputusan,” ujarnya.
Agus bahkan langsung menyatakan siap menyusun kepengurusan baru bersama formatur yang telah dipilih.
Mardiono Klaim Didukung 30 DPW
Di sisi lain, Mardiono juga mengumumkan kemenangannya. Ia mengaku terpilih secara aklamasi setelah mendapatkan dukungan 28 DPW plus 2 DPW lainnya, total 30 suara. Dukungan itu menurutnya cukup untuk mengesahkan dirinya sebagai ketua umum. Pimpinan Sidang Muktamar, Amir Uskara, menegaskan bahwa mayoritas muktamirin secara bulat menyetujui nama Mardiono.
“Setelah saya tanyakan, semua setuju untuk mengaklamasi Pak Mardiono, dan palu sudah diketuk,” jelasnya.
Mardiono berterima kasih kepada seluruh peserta muktamar yang disebutnya mencapai 80 persen mendukung dirinya.
“Saya sampaikan terima kasih kepada seluruh DPW dan DPC yang hadir. Ini bentuk soliditas untuk melangkah cepat menyusun kepengurusan,” ujarnya.
Kericuhan Mewarnai Jalannya Muktamar
Konflik internal ini tak lepas dari dinamika panas selama Muktamar X. Beberapa kali sidang diwarnai ketegangan, bahkan kericuhan sempat terjadi hingga memicu aksi saling dorong antar kader. Puncaknya, puluhan kader PPP asal Tasikmalaya melakukan aksi pembakaran seragam partai di depan kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta, sebagai bentuk protes atas klaim Mardiono.
Meski begitu, kubu Agus menegaskan jalannya sidang tetap kondusif.
“Bisa kita lihat, buktinya tidak ada apa-apa, peserta muktamirin suka cita. Ini fakta yang berbicara,” kata Qoyum.
Sementara kubu Mardiono menyayangkan adanya kegaduhan. Menurutnya, forum musyawarah tertinggi partai seharusnya berlangsung tertib dan tidak diwarnai konflik terbuka.
Jalan Panjang Rekonsiliasi
Kini, PPP menghadapi kenyataan pahit: dua figur sama-sama mengklaim sebagai ketua umum sah. Agus Suparmanto menegaskan kemenangannya bukan tujuan akhir, melainkan awal perjuangan.
“Kita akan meraih kemenangan berikutnya, yaitu bagaimana PPP bisa kembali ke Senayan,” ucapnya.
Di sisi lain, Mardiono optimistis bahwa dukungan mayoritas DPW sudah cukup menjadi legitimasi kepemimpinannya.
“Kita harus segera menyusun kepengurusan dan bersatu kembali,” tegasnya.
Konflik dualisme kepemimpinan ini berpotensi menyeret PPP ke dalam fase tarik-menarik panjang, bahkan bisa berimplikasi pada legalitas partai di hadapan Kementerian Hukum dan HAM. Pertanyaan besarnya kini adalah siapa yang benar-benar sah memimpin PPP pasca Muktamar X, dan apakah jalan rekonsiliasi masih terbuka sebelum partai semakin terbelah.
Sumber: Liputan6
Baca Juga:
Wow! Negara Komunis Ini Naikkan Tunjangan Guru Sampai 70%
Tren Baru! Brave Pink Hero Green Ramai Dipakai di Medsos
Saksikan berita lainnya: