Jurnal Pelopor- Beograd kembali diguncang aksi massa besar-besaran pada Senin (1/9/2025). Puluhan ribu warga, mayoritas pelajar dan mahasiswa, turun ke jalan dengan aksi diam untuk mengenang 16 korban tewas akibat runtuhnya atap stasiun kereta baru di Novi Sad, November lalu. Massa berkumpul di depan stasiun kereta lama Beograd sekitar pukul 19.00 waktu setempat, kemudian melakukan pawai hening sambil membawa bunga mawar putih. Nama-nama korban dibacakan satu per satu, menciptakan suasana khidmat dan penuh duka.
Gelombang Protes Meluas ke Berbagai Kota
Aksi ini tidak hanya berlangsung di ibu kota, tetapi juga menjalar ke kota-kota besar lain seperti Novi Sad, Kragujevac, hingga Aleksinac. Para demonstran menuding korupsi sebagai akar tragedi yang merenggut nyawa belasan pelajar.
“Korupsi adalah akar dari semua masalah di masyarakat kita. Pemilu bisa menjadi satu-satunya solusi untuk situasi ini,” ujar Srdjan, seorang ilmuwan berusia 35 tahun yang ikut dalam aksi, dikutip Reuters.
Tuntutan Menggulingkan Vucic dan SNS
Sejak tragedi itu, aksi protes telah berlangsung selama berbulan-bulan dan terus mengguncang pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic serta partainya, Serbian Progressive Party (SNS). Para demonstran menuntut pemilu dini dengan harapan dapat menggulingkan rezim yang mereka tuduh berkolusi dengan kelompok kriminal terorganisir. Selain itu, Vucic dituding menggunakan aparat keamanan untuk menekan oposisi dan mengekang kebebasan pers.
Ketegangan dengan Aparat
Walaupun sebagian besar aksi berlangsung damai, ketegangan meningkat pada 13 Agustus lalu. Bentrokan antara aparat keamanan dan demonstran mengakibatkan puluhan korban luka, baik dari pihak polisi maupun warga sipil. Situasi ini menambah tekanan politik terhadap Vucic yang berulang kali membantah tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Masa Depan Politik Serbia
Gelombang demonstrasi yang dipimpin oleh generasi muda ini menunjukkan semakin besarnya ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan saat ini. Para analis menilai bahwa jika pemerintah terus mengabaikan tuntutan rakyat, gejolak politik bisa semakin membesar. Serbia kini berada di persimpangan jalan antara perubahan politik yang damai melalui pemilu dini, atau potensi eskalasi konflik yang lebih luas.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: