Jurnal Pelopor — Lonjakan tarif impor yang semakin menekan rantai pasok diprediksi akan memicu inflasi Amerika Serikat (AS) terus meningkat hingga akhir 2025. Meski data inflasi terbaru terlihat jinak, para ekonom menilai dampak penuh dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump justru belum terasa.
Tarif Naik, Inflasi Menyusul
Goldman Sachs memproyeksikan tekanan inflasi akibat tarif akan meningkat seiring stok barang pra-tarif menipis, tarif efektif melonjak, dan perusahaan enggan menanggung kenaikan biaya. Michael Feroli, Kepala Ekonom AS di JPMorgan Chase, memperkirakan tarif dapat memangkas 1% Produk Domestik Bruto (PDB) dan menambah inflasi 1–1,5%.
Presiden Trump menanggapi keras analisis Goldman Sachs, bahkan menyarankan CEO David Solomon memecat ekonom David Mericle yang membuat laporan tersebut. Namun, Mericle bersikeras bahwa proyeksinya akurat dan tidak gentar dengan kritik Trump.
Prediksi Dampak Ekonomi
Ekonom UBS, Brian Rose, menilai tren penurunan inflasi inti telah terputus sejak tarif mulai masuk harga ritel. Ia memproyeksikan inflasi akan naik perlahan, meski perlambatan inflasi perumahan dan resistensi konsumen bisa menahan sebagian dampaknya.
Kenaikan tarif yang kini efektif mencapai 18% diperkirakan mendorong inflasi bulanan sekitar 0,3–0,5%. The Fed sendiri diproyeksikan mulai menurunkan suku bunga pada akhir tahun, meski inflasi tinggi masih berpotensi membuat bank sentral ragu.
Risiko Tambahan: Pengecualian De Minimis Berakhir
Salah satu risiko terbesar datang dari berakhirnya pengecualian tarif de minimis pada 29 Agustus, yang selama ini membebaskan bea masuk barang bernilai di bawah US$800. Kebijakan ini berpotensi memukul harga barang ritel dan mempercepat kenaikan inflasi inti.
Pantheon Macroeconomics memperkirakan inflasi inti akan naik ke 3,5% pada akhir tahun, sementara BNP Paribas memperingatkan tekanan harga akan meluas ke sektor jasa. Data indeks inflasi harga “lengket” The Fed Cleveland bahkan sudah mencapai 3,8% secara tahunan, tertinggi sejak Mei 2024.
Kesimpulan
Dampak tarif impor Trump terhadap ekonomi AS diperkirakan baru akan terasa penuh dalam beberapa bulan mendatang. Inflasi yang naik perlahan namun konsisten bisa menahan belanja konsumen dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, meski sebagian analis optimistis efeknya hanya bersifat sementara. Bagi warga AS, bersiap menghadapi harga yang makin mahal menjadi pilihan yang tak terhindarkan.
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: