Jurnal Pelopor – Di tengah gempuran udara dan darat yang tiada henti sejak lebih dari 21 bulan terakhir, warga Gaza kini menghadapi ancaman baru yang tak kalah mematikan: kelaparan massal. Ironisnya, pemerintah Israel justru mengklaim bahwa tidak ada kelaparan di Jalur Gaza, sebuah pernyataan yang langsung menuai kritik keras dari berbagai negara dan lembaga internasional.
Badan-badan PBB telah berulang kali memperingatkan bahwa kondisi di Gaza sangat mengkhawatirkan. Mereka menyebut situasi ini sebagai famine in the making — bencana kelaparan akibat ulah manusia. Akses terhadap makanan, air bersih, dan layanan kesehatan hampir lenyap total, terutama di wilayah utara Gaza yang terisolasi dan hancur lebur akibat serangan militer.
Salah satu jurnalis lokal menggambarkan penderitaan yang dialami keluarganya.
“Anak saya yang autis tidak bisa bicara, tapi dia terus memukul perutnya, memberi isyarat bahwa dia lapar,” ungkapnya lirih.
Warga lainnya bercerita harus bertahan hidup dengan sisa makanan basi atau air tak layak konsumsi, sementara anak-anak menahan lapar selama berhari-hari.
Reaksi Dunia: Tak Bisa Dibantah, Ini Bencana Kemanusiaan
Pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut tidak ada kebijakan kelaparan di Gaza langsung dibantah keras oleh sejumlah pemimpin dunia. Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyebut klaim itu “tidak masuk akal.” Ia secara terbuka mempertanyakan kredibilitas klaim tersebut, sambil menyatakan bahwa penderitaan rakyat Gaza sudah melampaui batas kemanusiaan.
Tak hanya itu, pemerintah Belanda juga bereaksi tegas. Mereka berencana memanggil Duta Besar Israel untuk menyampaikan kecaman langsung. Bahkan, dua menteri sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich resmi dilarang memasuki wilayah Belanda karena dianggap mendorong kekerasan dan menyerukan “pembersihan etnis.”
Sementara itu, di tengah tekanan internasional yang membesar, Israel mengumumkan pengiriman tujuh paket bantuan ke Gaza dan membuka kembali koridor kemanusiaan. Namun langkah ini dinilai terlalu kecil dan terlalu terlambat. Banyak laporan menyebut bahwa korban justru terus berjatuhan, bahkan ketika mereka sedang mengantre bantuan makanan.
Kesimpulan: Siapa yang Akan Bertindak?
Klaim Israel bahwa “tidak ada kelaparan di Gaza” kini justru memperkuat seruan global untuk bertindak. Saat dunia menyaksikan bayi-bayi kelaparan, warga sipil tewas saat menunggu bantuan, dan suara-suara putus asa dari wilayah yang terkepung, tekanan moral dan politik terhadap Israel terus meningkat.
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: