Jurnal Pelopor — Di tengah kewaspadaan global terhadap penyakit menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengonfirmasi temuan delapan kasus virus Hanta di empat provinsi berbeda. Virus yang tergolong langka ini terdeteksi melalui sistem surveilans aktif sejak Mei lalu.
Kasus pertama terdeteksi pada 20 Mei 2025 di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pasien sempat dirawat intensif di RSUP Hasan Sadikin Bandung sebelum dinyatakan sembuh dan dipulangkan. Selain Jawa Barat, laporan juga mencakup wilayah D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.
Apa Itu Virus Hanta?
Virus Hanta termasuk keluarga Orthohantavirus, dan ditularkan melalui hewan pengerat, khususnya tikus got (Rattus norvegicus) dan tikus rumah (R. tanezumi). Penularannya terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan air liur, urine, atau kotoran tikus yang terinfeksi. Lingkungan yang kurang bersih, gudang yang tidak terpakai, hingga tumpukan sampah bisa menjadi sumber infeksi.
Dua Jenis Infeksi yang Harus Diwaspadai
Virus ini menyebabkan dua jenis sindrom utama:
1. Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)
Tipe ini paling umum ditemukan di Asia dan Eropa — termasuk Indonesia. Masa inkubasi berkisar 1–2 minggu, dengan tingkat kematian 5–15%.
Gejala awal HFRS:
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri punggung
- Mual
- Mata kemerahan
- Ruam
Gejala lanjutan yang lebih serius bisa mencakup:
- Gangguan ginjal (oliguria hingga anuria)
- Perdarahan saluran cerna
- Gangguan sistem saraf dan pernapasan
2. Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)
Tipe ini lebih sering ditemukan di Amerika dan lebih berbahaya dengan tingkat kematian hingga 60%.
Gejala awal HPS:
- Demam tinggi
- Nyeri otot
- Kelelahan ekstrem
- Batuk dan sesak napas
- Muntah dan diare
- Tekanan darah rendah
- Detak jantung tidak teratur
Penderita HPS dapat mengalami kerusakan paru-paru dan penumpukan cairan, yang berujung pada kegagalan organ.
Pencegahan Lebih Baik daripada Pengobatan
Hingga kini, belum ada obat spesifik atau vaksin untuk virus Hanta. Penanganan medis bersifat simtomatik fokus pada mengurangi gejala dan menjaga stabilitas tubuh. Oleh karena itu, pencegahan menjadi sangat penting, khususnya:
🔸 Menjaga kebersihan rumah terutama area gudang, dapur, atau tempat yang jarang dipakai.
🔸 Mengelola sampah dengan baik agar tidak mengundang tikus.
🔸 Hindari kontak langsung dengan tikus, baik hidup maupun mati. Gunakan perangkap atau panggil petugas.
🔸 Gunakan pelindung diri jika bekerja di lingkungan berisiko seperti peternakan, laboratorium, atau proyek bangunan.
Perluas Kesadaran, Bukan Kepanikan
Virus Hanta bukanlah ancaman yang menyebar secepat COVID-19. Namun, kewaspadaan tetap penting, khususnya di lingkungan dengan sanitasi rendah atau risiko keberadaan tikus yang tinggi.
Jika Anda mengalami gejala demam disertai nyeri otot atau gangguan pernapasan, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan dan informasikan riwayat paparan lingkungan Anda.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: