Jurnal Pelopor – Kanada kini dalam kondisi darurat. Sejak Rabu (28/5) waktu setempat, pemerintah Provinsi Manitoba resmi mengumumkan status darurat akibat meluasnya kebakaran hutan yang kian tak terbendung. Asap pekat membubung dari titik api seperti WE024 dan WE017 di kota Sherridon, memaksa lebih dari 17.000 warga mengungsi secara massal, sebagian besar menuju ibu kota provinsi, Winnipeg.
Namun, ini bukan bencana lokal semata. Sebanyak 134 titik kebakaran aktif terdeteksi di seluruh negeri, meliputi wilayah British Columbia, Alberta, Saskatchewan, Manitoba, hingga Ontario. Lebih mengerikan, setengah dari kebakaran tersebut dinyatakan tidak terkendali oleh otoritas setempat.
Gambar udara yang beredar menunjukkan kobaran api raksasa melahap ribuan hektare hutan, termasuk di daerah Swan Hills, Alberta. Asap tebal melintas cakrawala, menyelimuti langit dengan warna keabu-abuan. Kualitas udara di sejumlah kota anjlok drastis, bahkan memicu peringatan kesehatan bagi masyarakat.
Krisis Iklim, Akar Masalah yang Terabaikan?
Bencana ini bukan peristiwa pertama. Namun yang membuatnya luar biasa adalah skalanya yang jauh lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam satu bulan terakhir, hampir 200.000 hektare hutan Kanada ludes terbakar. Angka ini tiga kali lipat dari rata-rata tahunan dalam lima tahun terakhir. Para pakar meyakini, perubahan iklim jadi faktor utama yang memperparah situasi.
Musim panas yang datang lebih awal, suhu ekstrem, dan kelembapan rendah menciptakan kondisi “sempurna” bagi api untuk menyebar cepat dan luas. Beberapa titik api bahkan muncul di wilayah yang sebelumnya jarang terdampak. Fenomena ini semakin menguatkan kekhawatiran bahwa musim kebakaran di Kanada kini lebih panjang, lebih ganas, dan lebih sering.
Negara Maju, Tapi Rentan
Meski Kanada dikenal sebagai negara dengan sistem penanganan bencana yang canggih, intensitas dan penyebaran api kali ini menimbulkan tantangan besar. Ratusan petugas pemadam dikerahkan, namun mereka kewalahan menghadapi skala bencana yang begitu luas. Pemerintah federal dan provinsi kini berkoordinasi erat untuk mengamankan wilayah terdampak, menyediakan tempat penampungan, dan mendistribusikan bantuan logistik bagi para pengungsi.
Ironisnya, negara yang dikenal hijau dan tenang ini justru menjadi salah satu bukti nyata bagaimana krisis iklim mengancam siapa pun, tanpa pandang lokasi atau kesiapan. Kebakaran hutan yang dulu dianggap musiman, kini menjadi ancaman tahunan yang brutal.
Sumber: CNBC Indonesia
Baca Juga:
Tanpa Target Juara, Sukorejo FC Bikin Kejutan di Bali 7’s 2025!
Hari Bumi 2025: BKPRMI Galang Aksi Tanam 1 Juta Pohon
Saksikan berita lainnya:
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?