Jurnal Pelopor — Malam tasyakuran pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro, Mas Wahono dan Mbak Nurul, berlangsung meriah dengan sajian wayang kulit di Malam Candra Muka (MCM), Kamis malam. Yang menarik, dalam segmen Limbukan dan Goro-Goro, hadir sosok spesial: H. M. Suprapto Santoso, tokoh budaya dan sesepuh masyarakat Bojonegoro.
Lahir dari Keluarga Desa, Dibesarkan dengan Tradisi Karawitan
H. M. Suprapto lahir di Karangsono, Kecamatan Dander, pada tahun 1947. Ayahnya merupakan Kepala Desa yang memiliki seperangkat alat musik karawitan, termasuk gong dan gamelan. Sejak kecil, Suprapto sudah terbiasa mendengar irama tradisional Jawa, sehingga memiliki insting musikal dan seni yang kuat.
Pendidikan Awal dan Perjalanan Hidup
Ia menempuh pendidikan dasar di desanya, Karangsono, sebelum kemudian pindah ke SMP di Lamongan mengikuti sang ayah yang ditugaskan sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Perjalanan ini mempertemukannya dengan berbagai lingkungan sosial dan memperkaya pengalamannya sejak usia muda.
Pembangun Sekolah dan Masjid, Wariskan Nama Orang Tua dalam Karya
Dedikasi Suprapto terhadap kemajuan daerahnya tidak sebatas kata. Ia telah membangun sebuah sekolah di Karangsono dan menyerahkannya kepada pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat. Tak hanya itu, ia juga mendirikan Masjid Al-Birru Pertiwi, sebagai bentuk penghormatan kepada ibundanya yang bernama Pertiwi.
Selain itu, ia turut membangun Gedung Santoso Harjojito di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI) Bojonegoro, mengambil nama dari ayahandanya. Semuanya ia lakukan dengan semangat wakaf dan harapan agar manfaatnya terus mengalir.
Filosofi Hidup: Ilmu dan Amal Tak Pernah Putus
Sebagai tokoh yang memiliki latar belakang religius dan dekat dengan kalangan kiai, Suprapto berpegang teguh pada prinsip bahwa ilmu dan amal jariyah akan terus mengalirkan pahala.
“Saya percaya, amal dan ilmu yang bermanfaat tidak akan putus pahalanya,” ucapnya penuh keyakinan.
Dukungan untuk Kepemimpinan Baru Bojonegoro
Dalam kesempatan itu, H. M. Suprapto juga menyatakan dukungannya terhadap Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro yang baru, Mas Wahono dan Mbak Nurul.
“Saya mangayu bagyo karena secara tidak langsung saya juga dekat dengan Mas Wahono dan Mbak Nurul. Harapan saya, mereka bisa menyusun Bojonegoro dengan baik,” ungkapnya.
Tokoh Sepuh PEPADI yang Tak Lelah Mengabdi
Kini, Suprapto aktif di PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Bojonegoro, dan kerap disebut sebagai tokoh sepuh yang disegani. Ia tetap antusias terlibat dalam pembangunan Bojonegoro lewat bidang seni, pendidikan, dan keagamaan.
“Alhamdulillah saya dianggap tua, dianggap tokoh. Ya sebisanya saya akan bantu membangun Bojonegoro lebih baik,” tutupnya dengan senyum hangat.
Simbol Tradisi dan Inspirasi
Kehadiran H. M. Suprapto Santoso dalam pertunjukan wayang kulit malam itu tak hanya menyemarakkan acara, tapi juga mengingatkan publik akan pentingnya menjaga akar budaya, menghormati orang tua, dan berbagi manfaat bagi sesama.
Baca Juga:
Tanpa Target Juara, Sukorejo FC Bikin Kejutan di Bali 7’s 2025!
Hari Bumi 2025: BKPRMI Galang Aksi Tanam 1 Juta Pohon
Saksikan berita lainnya:
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?