Jurnal Pelopor – Ketegangan antara China dan Amerika Serikat terus meningkat tajam. Terbaru, Pemerintah China mengeluarkan travel warning bagi warganya yang hendak bepergian ke AS. Peringatan itu disampaikan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China pada Rabu (9/4) waktu setempat, menyusul kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Dalam keterangan resminya, kementerian China menyebut adanya “kemerosotan hubungan ekonomi dan perdagangan serta situasi keamanan” dengan AS. Mereka meminta warganya menilai risiko secara matang dan berhati-hati jika tetap ingin melakukan perjalanan ke Negeri Paman Sam.
Trump Tambah Tarif, China Balas
Presiden Trump baru-baru ini menaikkan tarif impor terhadap produk China menjadi 125%, meskipun sempat menangguhkan tarif untuk sebagian besar negara lain selama 90 hari. Sebagai balasan, Beijing juga menaikkan tarif produk asal AS hingga 84%.
Di sisi lain, Uni Eropa belum mengambil langkah tegas, meski menyatakan akan melanjutkan tarif balasan atas pungutan baja dan aluminium dari AS. Trump bahkan menambahkan tarif 20% untuk semua impor dari Eropa, memperkeruh situasi dagang global.
Trump: “Hari-hari Menipu AS Telah Berakhir”
Melalui akun media sosialnya, Truth Social, Trump kembali menyulut kontroversi. Ia menuduh China telah lama “menipu” AS dan negara-negara lain dalam perdagangan internasional.
“Suatu saat nanti, mudah-mudahan segera, China akan sadar bahwa masa-masa itu sudah tidak bisa diterima lagi,” tulis Trump dalam pernyataan bernada keras.
China Ajukan Protes ke WTO
Merespons langkah agresif Trump, China secara resmi melayangkan keluhan ke World Trade Organization (WTO). Beijing menilai AS telah melanggar aturan WTO dan merusak sistem perdagangan multilateral.
“Situasi ini sudah meningkat secara berbahaya. Kami sangat menentang langkah sembrono ini,” ujar perwakilan China dalam pernyataan kepada Reuters.
Beijing menegaskan bahwa tarif balasan bukan solusi atas ketidakseimbangan perdagangan, bahkan justru akan menjadi bumerang bagi AS sendiri.
Ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini tampaknya belum akan mereda dalam waktu dekat. Jika situasi terus memanas, bukan tidak mungkin akan memicu dampak yang lebih luas terhadap ekonomi global, termasuk negara-negara berkembang yang bergantung pada stabilitas perdagangan internasional.
Sumber: Detik.com
Baca Juga:
Utang RI Rp 250 T, Sri Mulyani: Bukan Karena Tak Punya Uang!
Prabowo “Stop”: Semua Peraturan Menteri Lewat Presiden!
Saksikan berita lainnya:
Demo Besar Tolak Revisi UU TNI: Apa Dampaknya bagi Demokrasi Indonesia?