Jurnal Pelopor — Pemerintah resmi menggelar hari pertama operasional Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan terobosan yang ditujukan untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Hari ini, sebanyak 63 titik Sekolah Rakyat serentak memulai kegiatan belajar mengajar, sementara 37 titik lainnya dijadwalkan menyusul pada akhir bulan Juli.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menjelaskan bahwa total lebih dari 9.700 siswa terdaftar dalam gelombang pertama ini. Semua siswa dipilih secara langsung oleh Kementerian Sosial berdasarkan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) dan hasil survei lapangan, tanpa melalui seleksi akademik yang ketat.
“Kalau untuk Sekolah Rakyat, tidak pakai tes akademik. Yang penting mereka dari desil satu, artinya benar-benar dari kelompok miskin dan miskin ekstrem,” tegas Gus Ipul.
Sekolah Tanpa Seleksi, Tapi Penuh Harapan
Meski tidak melalui tes, siswa tetap melalui proses academic mapping di awal masuk. Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof. Mohammad Nuh, menyebut pemetaan ini penting untuk mengukur potensi awal siswa, baik secara akademis, kesehatan fisik, maupun kondisi psikologis.
“Kalau ada yang sakit, ya diobati, bukan ditolak. Sekolah ini bukan hanya mendidik, tapi juga merawat,” ujar Nuh.
Sekolah Rakyat mengadopsi kurikulum Multi Entry-Multi Exit, yang memungkinkan siswa belajar sesuai kemampuan dan kondisi masing-masing, tanpa tekanan sistem pendidikan formal yang konvensional. Ini adalah wujud nyata pendidikan inklusif dan transformatif, sebagaimana visi Presiden Prabowo Subianto yang akan meresmikan program ini bulan depan.
Bukan Sekadar Sekolah, Tapi Gerakan Sosial Nasional
Program ini menjadi bentuk afirmasi nyata negara dalam memutus rantai kemiskinan lewat pendidikan. Tidak hanya memberi akses belajar, Sekolah Rakyat juga menciptakan ruang aman dan sehat bagi anak-anak miskin untuk tumbuh, berkembang, dan bermimpi besar.
Sebagaimana ditekankan Wamensos Agus Jabo, guru-guru di Sekolah Rakyat tidak hanya dituntut mengajar, tetapi juga menjadi orang tua kedua yang mendampingi tumbuh kembang anak-anak tersebut dengan penuh kasih dan tanggung jawab.
“Sekolah Rakyat bukan sekadar pendidikan biasa. Ini adalah gerakan pemanusiaan,” ujar Kepala BIN Budi Gunawan.
Sumber: Kompas.com
Baca Juga:
Singonoyo Cup Meledak! Legenda Persibo Turun Gunung
Takut Ekonomi Ambruk? Ini Aset Aman Selain Emas
Saksikan berita lainnya: